Dengan Teknologi Panen Air Hujan Desa Ini Tak Perlu Lagi Beli Air

Teknologi Panen Air Hujan – Aktivitas manusia terkadang menimbulkan efek negative bagi lingkungan. Kegiatan industry seperti pertambangan, pabrik atau perkebunan sawit banyak sekali membuka area hutan.

Dampaknya adalah daerah yang awalnya hijau dan sejuk menjadi daerah yang gersang dan panas. Banyak daerah yang awalnya kaya sumber air mengalami kesulitan air.

Sumur yang awalnya tak perlu dalam, maka perlu menggali puluhan hingga ratusan meter dalamnya untuk mendapatkan air.

Hilangnya vegetasi tanaman berdampak pada menyusutnya debit air pada sumber-sumber air. Tak sedikit juga yang akhirnya mengering. Kondisi ini salah satu bagian daripada krisis iklim.

Baca juga : 5 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sektor Pertanian

Rekomendasi :  8 Fakta Manfaat Hebat Mikroba Google, Hasil Karya Anak Bangsa yang Diakui Dunia

Bagaimana mengatasi masalah ini ???

Sementara air adalah sumber utama kehidupan makhluk hidup. 90% lebih sel tubuh makhluk hidup khususnya manusia tersusun atas air.

Parahnya lagi, saat ini akses terhadap air bersih tidak bisa dinikmati oleh semua kalangan. Padahal sebagaimana udara, air berhak diakses atau dinikmati oleh semua orang secara gratis.

Jika anda lihat, saat ini control atas sumber air minum berada di tangan perusahaan swasta yang mendapatkan lampu hijau dari pemerintah

Privatisasi atau komersialisasi oleh perusahaan swasta atas air minum membuat sedikit rakyat Indonesia yang bisa mengaksesnya.

Persoalan air bersih akan semakin terasa berat saat memasuki musim kemarau, lebih-lebih pada daerah langgganan kekeringan.

Teknologi panen air hujan sebagai salah satu solusinya

Perangkat panen air hujan. Sumber gambar: dafamland.com

Saat sumber air mengalami kekeringan, kebanyakan masyarakat tak punya pilihan lain kecuali membeli air. Tentu saja ini akan sangat memberatkan khususnya bagi masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi.

Dilansir dari laman Youtube DW Indonesia, masyarakat Desa Bunder, Kabupaten Klaten telah berhasil mengembangkan teknologi panen air.

Rekomendasi :  Mengenal 3 Sistem Tanam pada Vertical Farming atau Pertanian Vertikal

Ya, air yang dipanen adalah air yang berasal dari air hujan. Dengan teknologi panen air Sebagian besar masyarakat Desa Bunder tak lagi membeli air kemasan.

Begini teknologi panen air yang berhasil dikembangkan oleh masyarakat Desa Bunder. Saat musim hujan dimulai, masing-masing warga mulai menyiapkan tanki penyimpanan raksasa untuk menyimpan air hujan sebanyak mungkin.

Agar air hujan tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari rumah tangga mereka, khususnya untuk minum, memasak dan mencuci, mereka melakukan sterilisasi pada air hujan tersebut.

Caranya adalah dengan mendisinfeksi air hujan tersebut dengan system elektrolisis, yaitu mengaliri air tersebut dengan arus listrik sehingga dapat membunuh mikroorganisme dan meningkatkan nilai PH. Setelah semua itu berjalan, tak ada lagi warga di sana yang meragukan kualitas air hujan hasil panenan mereka sendiri.

Perangkat panen air hujan masyarakat Desa Bunder Klaten. Sumber gambar: solopos.com

Padahal dulunya banyak warga yang ragu akan aman tidaknya minum air hujan. Selain itu, musim hujan yang dulu sering mereka keluhkan karena becek dan kotor, saat ini adalah hal yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya.

Rekomendasi :  Hebat ! Inilah Peran Azotobacter & Azospirillium, Tak Hanya Hasilkan NPK Tapi Juga ZPT

Air sebagaimana udara, bagaimanapun juga adalah hak dasar yang sama bagi semua orang untuk mendapatkannya. Karena jika tidak, itu sama saja melarang orang lain untuk hidup.

Teknologi panen air hujan berupa embung

Embung grigak di Gunung Kidul. Sumber gambar : detik.com

Embung, adalah salah satu bentuk teknologi panen air hujan yang dibuat di daerah cekungan sehingga dapat menampung limpasan air hujan,

Di banyak daerah contohnya di Gunungkidul, Yogyakarta, embung difungsikan tak hanya untuk mencegah banjir, namun juga sebagai sumber irigasi pertanian.

Jadi pada saat musim hujan, air hujan akan tertampung dalam embung dan digunakan untuk irigasi pertanian saat musim kemarau. Selain berukuran raksasa mirip situ atau danau, ada embung yang berukuran minimalis mirip berupa kolam.

Masyarakat sudah banyak yang membuat embung berupa kolam, dan berlapis terpal. Tak jarang yang memanfaatkanya sebagai sebagai tempat budidaya ikan lele misalnya.

Share, jika konten ini bermanfaat !

Artikel Terkait

About the Author: Insan Cita

Insan Cita, founder & owner BelajarTani.com - Alumnus FP - Bekerja di agriculture corp - Hobi ngeblog & berkebun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *