Dampak Perubahan Iklim – “Musim sekarang susah ditebak ya, Mas”. Begitu kata salah seorang kawan petani yang sudah lama berkcimpung dalam bidang pertanian.
Sepakat dengan kata salah seorang kawan saya itu. Dulunya padahal sangat mudah untuk ”niteni” (Bahasa Jawanya : nandai) kapan musim kemarau atau musim hujan datang.
Biasanya bulan September-April adalah datangnya musim hujan. Tapi seperti yang kita tahu musim hujan cenderung mundur.
Sehingga tak sedikit petani yang terperangkap oleh false rain, atau hujan tipuan. Tak sedikit yang akhirnya menanam saat ada hujan datang, padahal setelahnya hujan tak datang dalam waktu yang lama sehingga tanaman mereka mati karena tak mendapat air.
Itulah fenomena fase rain atau hujan tipuan. False rain seringkali mengecoh petani yang kurang cermat menganalisa perubahan musim.
FAO sudah sering mengingatkan bahwa perubahan iklim dapat mengancam masa depan pangan dunia. Hal ini dikarenakan dampak perubahan iklim secara langsung atau tidak langsung berpengaruh pada aktivitas pertanian.
Dampak perubahan iklim
1. Cuaca suhu udara harian lebih panas
Bisa dirasakan cuaca saat ini dengan 10-20 tahun yang lalu berbeda. Jauh lebih panas saat ini kan. Maknanya suhu bumi mengalami kenaikan.
Temperature atau suhu muka bumi yang jauh lebih panas, bisa jadi salah satu penyebab perkembangan hama penyakit secara jauh lebih cepat.
Sementara jika OPT meningkat, maka akan berpeluang mengancam lahan pertanian, lebih-lebih panen sudah di depan mata.
2. Pergeseran lokasi komoditas pertanian
Sebagai akibat dari peningkatan suhu udara harian, banyak tanaman yang sudah tidak cocok ditanam di suatu daerah tertentu, sebagai contoh apel Batu.
Kota Batu dulunya identik dengan Kota Apel, dengan maraknya deforetasi dan pembangunan, suhu Kota Batu semakin meningkat.
Akibatnya kini banyak petani yang membongkar tanaman mereka karena panasnya Kota Batu sangat berpengaruh pada hasil dan kualitas panen mereka.
Kini anda akan banyak menemui kebun apel di tempat yang jauh lebih tinggi dan lebih dingin seperti Poncokusumo, Pujon ataupun daerah Selecta ke atas.
3. Terjadi fenomena cuaca ekstrim
Istilah cuaca ekstrim itu diartikan sebagai kondisi iklim yang tidak biasa pada kondisi musim tertentu. Misal saat musim kemarau, terjadi kekeringan yang meluas, saat musim hujan terjadi banjir besar yang tentu saja berdampak pada manusia dan lingkungan.
Bahkan akibat cuaca esktrim terjadi banjir dan hujan deras saat musim kemarau yang dikenal dengan istilah Badai La-Nina yang mengakibatkan fenomena kemarau basah.
Linkungan atau alam yang terdampak adalah tanaman budidaya atau lahan-lahan produksi milik petani atau petambak yang juga akan terdampak kerusakan oleh adanya cuaca ekstrim.
Terkadang manusia cenderung menyalahkan bahwa banjir tersebut akibat hujan lebat, sungai meluap, debit sungai tinggi tanpa melihat akar masalah mengapa semua itu bisa terjadi.
4. Sulitnya memprediksi musim tanam
Seperti sempat disinggung di paragraph awal, petani kerapkali kesulitan menentukan kapan musim tanam. Nah inilah yang sekarang terjadi.
Perubahan iklim berdampak pada sulitnya petani kapan harus mulai menyemai, menanam dan panen sesuai dengan rencana tanam awalnya.
Terkadang petani sudah menyiapkan bibit tanaman, tapi ternyata hujan pun tak kunjung datang. Sementara jika dipaksakan tanam maka ketersediaan air masih kurang mencukupi.
5. Kenaikan tinggi muka air laut

Kenaikan air laut saat ini benar-benar terjadi namun banyak tak disadari oleh manusia. Dan percaya atau tidak, masih banyak juga manusia yang tak menyadari bahwa kenaikan muka air laut adalah akibat ulah tangan mereka sendiri.
Ya, kenaikan muka air laut adalah dampak domino dari berbagai kegiatan manusia yang tak ramah terhadap alam dan lingkungan.
Mulai dari penggunaan bahan bakar batu bara yang menghasilkan emisi gas rumah kaca, deforestasi yang berakibat banyak matinya sumber mata air, sehingga akhirnya terjadi peningkatan penggunaan sumber air tanah yang ternyata menyebabkan penurunan muka tanah.
Dengan menurunnya muka tanah, maka dengan sangat mudah air laut untuk masuk ke daratan. Yang terjadi adalah banjir pasang surut atau rob yang saat ini banyak terjadi di pantai utara Pulau Jawa.
Sudah banyak areal pesisir yang terendam, dan masih banyak lagi yang menunggu giliran. Tak hanya pemukiman, tapi lahan perikanan/tambak dan pertanian di daerah pantai yang terancam akan terus hilang.
Coba bayangkan berapa banyak orang petani petambak yang akan kehilangan ruang hidup dan mata pencahariannya ?
Jika begini akankah kita terus menutup mata berpura-pura tidak tahu menahu atau tak peduli dengan kondisi ini ?
Baca juga : Mengenal Zona Iklim dan Jenis-Jenis Tanaman Yang Bisa Tumbuh
Nah sobat BT, itulah 5 dampak perubahan iklim yang dapat menyebabkan penurunan hasil panen pertanian. Jika terjadi di banyak tempat bisa jadi akan meningkatkan kasus kelaparan.
Maka, jika perubahan iklim itu adalah sebuah akibat, maka tentulah ada sebabnya. Apa saja sih penyebab utama perubahan iklim ?
Menurut kami ada 2 penyebab utama mengapa perubahan iklim kini terjadi yaitu :
Deforestasi atau penggundulan hutan menyebabkan dampak perubahan iklim
Deforestasi disebabkan oleh banyak hal misalnya karena pembukaan untuk lahan sawit, atau adanya konsesi tambang batu bara yang luasnya mencapai puluhan ribu hektar per satu ijin konsesi.
Deforestasi hutan mengancam keanekaragaman hayati, utamanya flora dan satwa yang langka. Selain itu, hutan adalah tempat terbaik bagi resapan air hujan yang bisa dimanfaatkan kembali oleh manusia untuk kebutuhan hidupnya.
Tak hanya bagi flora dan satwa, hutan juga memberikan penghidupan bagi masyarakat setempat yang memanfaatkan pemberian alam secara bijaksana.
Namun, akibat sebagian ulah manusia jahat yang membabat habis hutan secara membabi buta, maka dampaknya dirasakan oleh sebagian besar umat manusia lain, dan bagi lingkungan itu sendiri.
Kini lihatlah saat hujan lebat, sungai-sungai meluap membanjiri pemukiman dan fasilitas umum. Hal ini karena air hujan tidak terserap oleh akar tanaman langsung menuju aliran sungai dan menghanyutkan apapun yang dilaluinya.
Menurunnya area hutan, juga turut serta meningkatkan suhu udara jadi semakin panas. Ini disebabkan tidak ada lagi yang dapat menyerap gas karbon dioksida/CO2 (salah satu jenis gas rumah kaca), juga karena efek langsung sinar matahari yang mengenai tubuh bumi.
Di masa depan, negara-negara yang tingkat deforestasinya tinggi, beresiko mengalami dampak yang cukup serius akibat perubahan iklim ini.
Efek gas rumah kaca
Di tengah krisis iklim saat ini, banyak negara yang masih tergantung dengan batubara yang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang terbukti menaikkan suhu bumi, menaikkan muka air laut, serta menyebabkan fenomena cuaca ekstrem.
Penggunaan bahan bakar batu bara untuk PLTU berdampak banyak antara lain dari segi ekonomi, social, kesehatan dan lingkungan.
- Secara ekonomi, petani dan nelayan di pesisir pantai yang terdapat PLTU terganggu aktivitas pertaniannya dan terancam profesinya hilang.
- Social, terjadi penolakan dari masyarakat sehingga memicu konflik social vertikal di tengah-tengah masyarakat.
- Kesehatan, pembakaran batu bara yang menghasilkan emisi karbon mengakibatkan polusi udara yang mengganggu pernafasan masyarakat di sekitar PLTU.
- Lingkungan, wilayah pantai mengalami kerusakan, tanaman menjadi rusak akibat debu fly ash yang bersifat racun. Sementara ekosisem air laut rusak disebabkan adanya limbah dari PLTU ataupun dari tumpahan batubara yang jatuh dari kapal tongkang.
Selain karena PLTU, gas rumah kaca CO2 juga dihasilkan dari penggunaan bahan bakar minyak dari industry maupun transportasi.
Perlu diketahui selain Karbon Dioksida (CO2), ada gas rumah kaca lain yang dianggap berkontribusi bagi pemanasan suhu bumi yaitu gas Nitrogen Dioksida (NO2), gas Metana (CH4) dan Cloro Fluoro Carbon (CFC) atau dikenal dengan Freon.
Penutup
Alam akan selalu mencari keseimbangannya. Karena alam diciptakan oleh Tuhan dengan hukum sebab akibatnya yang kita kenal dengan hukum alam.
Jika hutan sebagai penyerap CO2 dibabat, maka dampaknya sangat mengerikan. Banjir akan terjadi dimana-mana, karena air akan mencari tempat yang lebih rendah di saat yang sama tidak ada akar tanaman yang mampu menyerapnya.
Sumber mata air di pegunungan akan kering, yang akan membuat masyarakat kekurangan air bersih untuk minum, terutama saat musim kemarau.
Sekali lagi sobat semua, perubahan iklim ini nyata adanya. Dan yang tak kalah penting adalah dampaknya bagi pertanian.
Percaya atau tidak, disadari atau tidak, saat ini kita sudah merasakan dampak perubahan iklim tersebut. Kita semua tentu berharap bahwa bencana yang lebih besar bagi umat manusia dapat dicegah mulai dari sekarang.