Teknologi Film Farming Asal Jepang : Bertani Tanpa Tanah Dan Sedikit Air

Teknologi Film Farming Asal Jepang – Bagi sebagian besar orang, kegiatan pertanian itu selalu identik dengan tanah atau sawah. Dengan kata lain jika tidak mempunyai lahan berupa tanah atau sawah maka dikatakan tidak bisa melakukan kegiatan usaha tani.

Mungkin benar pendapat tersebut jika kita melihat 100 tahun ke belakang. Di era sekarang mungkin masih ada juga yang berpandangan seperti itu, karena bisa jadi arus informasi terkait inovasi dan teknologi terbaru dunia pertanian, masih belum sampai kepadanya.

Jika melihat perkembangan teknologi pertanian negara-negara maju saat ini, maka sungguh kita akan dibuat tercengang. Karena sesuatu hal yang berlum pernah terbayangkan di pikiran kita, di negara lain hal tersebut sudah menjadi kenyataan.

Baca juga : Mengenal Teknologi-teknologi Canggih Di Era Pertanian 4.0

Seperti halnya tentang Teknologi Film Farming yang akan kita bahas sekarang. Sebuah teknologi yang memungkinkan petani menanam tanaman sayur dan buah tanpa menggunakan tanah sama sekali.

Teknologi hidroponik dan turunannya (aeraoponik, aquaponik) juga tidak menggunakan tanah, lalu apa bedanya?

Rekomendasi :  Lanjaran atau Ajir Besi Ini Diklaim Tahan 10 Tahun. Pernah Coba ??

Pengertian teknologi film farming

Bedanya adalah pada kata kunci film, yang dalam bahasa Inggris berarti lapisan tipis. Jadi definisi dari teknologi film farming adalah sebuah teknologi yang membuat petani bisa menanam pada media yang terbuat dari polimer atau hidrogel.

Dilansir dari laman scmp, teknologi film farming bekerja dengan cara menyerap air dan nutrisi melalui banyak pori-pori nano, dimana film ditempatkan di atas larutan nutrisi. Film mendorong tanaman untuk membuat sejumlah besar akar kapiler sehingga lebih efisien dalam mengambil air dan nutrisi.

Skema film farming. Sumber gambar : unido.or.jp

Tak seperti hal-nya akar tanaman di media tanah yang menembus lapisan tanah, akar tanaman pada media film hanya menyebar di sekitar permukaan film.

Latar belakang penemuan teknologi film farming “Imec”

Dr.Yuichi Mori, penemu film farming imec. Sumber: scmp.com

Teknologi film farming ditemukan dan diperkenalkan pertama kali pada tahun 2008 oleh Dr.Yuichi Mori, seorang peneliti teknologi polimer untuk industri medis sekaligus pendiri Perusahaan Agribisnis Jepang, Mebiol.

Sebagai ahli bidang polimer medis yang biasa membuat pembuluh darah dan membran filter sintetis, dia berkeyakinan hal yang sama bisa digunakan sebagai media tumbuh tanaman.

Menurut Dr.Mori, saat ini bumi sudah banyak kehilangan tempat subur akibat penggunaan pupukyang berlebihan, degradasi air dan lahan serta pencemaran lingkungan (kontaminasi). Sementara kebutuhan akan pangan di masa mendatang diperkirakan justru akan semakin meningkat.

Rekomendasi :  Subhanallah, Beginilah Kondisi Pertanian di Palestina

Oleh karena itu dia bertekad mengembangkan sebuah teknik pertanian yang tidak memerlukan tanah, dapat dilakukan di mana saja di belahan dunia, di padang pasir, di kota, bahkan di atas tanah yang telah tercemar.

Setelah penelitian hingga 30 tahun, terciptalah film farming yang kemudian diberi nama Imec. Sebuah film hidrogel yang mampu mencegah virus dan kuman berbahaya masuk ke perakaran tanaman, sementara hanya air dan nutrisi saja yang dapat menembus celah nano pada film.

Keunggulan teknologi film farming Imec

Apa sih keunggulan dari teknologi film farming Imec oleh Mebiol ini?

1. Mengurangi penggunaan air irigasi

Penggunaan air yang jauh lebih hemat, 90% lebih sedikit daripada sistem pertanian konvensional yang menggunakan media tanah. Serta 75% lebih hebar dari sistem hidroponik.

2. Mudah memeriksa kondisi akar tanaman

Teknologi film farming Imec memudahkan petani untuk memeriksa kondisi perakaran tanaman, jumlah/kerapatan dan warnanya. Mudahnya mengecek perakran tentu memudahkan petani dalam mengamati kondisi tanaman apakah sehat atau tidak, hanya dengan melihat kondisi perakarannya.

 3. Mudah digunakan dimana saja

Karena tidak membutuhkan tanah, teknologi ini bisa diaplikasikan dimana saja misalnya di lokasi padang pasir, di perkotaan, di atas gedung dan bahkan di wilayah yang telah terkontaminasi.

Rekomendasi :  Cara Mengetahui Kandungan Unsur Hara, N, P dan K di Tanah dengan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK)

4. Kualitas hasil panen tidak kalah dengan media tanah/hidroponik

Teknologi film farming Imec yang ditanam di atas lembaran film membuat tanaman harus bekerja keras untuk menyerap air dan nutrisi. Kondisi tersebut membuat tanaman semacam stress sehingga dipaksa untuk memproduksi kadar gula dan asam amino yang jauh lebih tinggi. Hasilnya buah yang dihasilkan jauh lebih manis.

Perkembangan teknologi film farming

Saat ini teknologi film farming Imec tidak hanya digunakan di Jepang, namun sudah sampai di wilayah penuh resiko polusi di China dan wilayah padang pasir Uni Emirat Arab.

Tanaman tomat yang tumbuh di media film farming. Sumber: scmp.com

Bahkan Mebiol telah mengekspor teknologi pertanian-nya itu ke negara-negara Eropa dan Timur Tengah atau ke daerah mana pun yang dianggap tidak cocok dikembangkan sektor pertanian.

Baca juga : Dengan Teknologi Panen Air Hujan Desa Ini Tak Perlu Lagi Beli Air

Hasil dari teknologi tersebut misalnya buah tomat, sudah banyak dijual di supermarket di Tokyo Jepang, di China dan Dubai, Uni Emirat Arab.

Berkas teknologi inovatifnya itu Mebiol mendapatkan Penghargaan International pada tahun 2015 dari UNIDO IPTO Italia, sebagai perusahaan pertanian penemu media tanam hidrogel hemat air dan bebas tanah.

Share, jika konten ini bermanfaat !

Artikel Terkait

About the Author: Insan Cita

Insan Cita, founder & owner BelajarTani.com - Alumnus FP - Bekerja di agriculture corp - Hobi ngeblog & berkebun

2 Comments

    1. exactly Sir,,moreover, here is a lot of land that has not been worked properly and correctly…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *