Penyebab Petani Beralih Profesi – Isu dan berita tentang banyaknya petani yang beralih profesi belum lama ini kembali muncul. Benarkah isu tersebut sobat BT? Ataukah hanya sebuah opini saja? Tentu diperlukan data yang akurat untuk mengatakan hal ini sebagai fakta atau sebatas opini.
Jika benar sebagai fakta maka perlu kita jadikan itu sebagai warning alias peringatan supaya persoalan tersebut dapat segera diselesaikan. Bukan tanpa alasan mengapa banyak petani beralih profesi. Tentu banyak sekali factor yang mempengaruhimya.
Berdasarkan hasil ST2013, jumlah petani di Indonesia tercatat sebanyak 26,14 juta orang. Menurun sebesar 16,32 persen dari hasil Sensus Pertanian 2003 (ST2003) yang tercatat sebanyak 31,23 juta petani). Oleh karena itu jangan heran jika target swasembada pangan yang dicanangkan oleh pemerintah saat ini selalu gagal.
Apa saja faktor penyebab banyak petani beralih profesi? Secara umum disebabkan karena kesejahteraan petani yang tidak kunjung meningkat. Secara khusus parameter tingkat kesejahteraan akan mempunyai banyak variable yang berpengaruh satu sama lain. Apa saja itu? Simak ulasan singkat berikut ya sob…!
1. Pertanian tidak menjadi leading sector alias sasaran utama pembangunan
Apa indikasi sector pertanian tidak lagi jadi leading sector? Bisa dilihat dari berbagai kebijakan pemerintah di bidang pertanian yang kurang berpihak pada petani, seperti kebijakan alih fungsi lahan (lahan produktif jadi lahan perumahan dan industry), kebijakan impor di saat produksi di dalam negeri sedang naik (baik oleh BULOG ataupun swasta), tidak adanya kebijakan subsidi seperti yang Negara lain lakukan, ataupun kebijakan lain yang tujuan akhirnya sama yakni melindungi segenap petani dan tumpah darah indonesia.
2. Pendapatan profesi pertanian tidak sebesar sector lain
Apa penyebab pendapatan petani tidak sebesar sector lain? Tentu saja disebabkan banyak hal, antara lain karena tingkat fluktuasi harga yang sangat tinggi dan panjangnya rantai pemasaran menyebabkan margin keuntungan yang diterima petani sangatlah minim, di satu sisi investasi waktu dan biaya yang telah dikeluarkan cukup besar.
Baca juga : Kebijakan Apa Agar Petani Indonesia Sejahtera ?
Oleh sebab itu jangan heran jika SDM yang berkecimpung di bidang pertanian banyak yang beralih profesi ke sector industry. Indikasinya banyak anak muda yang lebih suka berkarir pada bidang perbankan (as banker) atau industry. Jika dibandingkan dengan petani di negara lain seperti Thailand, Jepang ataupun di Amerika, pendapatan petani Indonesia sangat tidak kompetitif sekali. Apa tidak kasihan?
3.Rendahnya upah buruh di sector pertanian
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, di Hotel Mega Proklamasi Jakarta, (29/11/2016) mengatakan bahwa upah buruh di Indonesia rata-rata per bulan sangat kecil jika dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN, seperti Malaysia, Thailand, Filipina bahkan Vietnam.
Berikut daftar upah buruh tahun 2016 di beberapa negara ASEAN menurut KSPI.
No | Negara ASEAN | Upah buruh/bulan (US$) | Konversi Rupiah (IDR) (US$ 1 = IDR 13.000 ) |
1 | Malaysia | US$ 506 | IDR 6.578.000 |
2 | Thailand | US$ 357 | IDR 4.641.000 |
3 | Filipina | US$ 206 | IDR 2.678.000 |
4 | Vietnam | US$ 181 | IDR 2.353.000 |
5 | Indonesia | US$ 174 | IDR 2.262.000 |
6 | Laos | US$ 121 | IDR 1.573.000 |
7 | Kamboja | US$ 119 | IDR 1.547.000 |
Sumber : http://www.msn.com/id-id/ekonomi/ekonomidanbisnis/upah-buruh-indonesia-di-bawah-thailand-dan-vietnam/ar-AAkTpAC?li=AAfukE3&ocid=SK2LDHP
4. Iklim usaha sector pertanian makin penuh ketidakpastian
Iklim usaha sector pertanian dinilai makin penuh ketidakpastian disebabkan adanya pengaruh fenomena alam yang semakin susah diprediksi seperti fenomena cuaca dan iklim La Nina dan El Nino yang dampaknya menyebabkan semakian tingginya resiko tingkat kegagalan.
5. Ketidakadilan tata niaga pertanian sehingga margin yang diperoleh petani kecil
Bukan barang baru jika selama ini tata niaga pertanian masih belum berpihak pada petani. Petani sama sekali tidak punya power untuk menentukan harga komoditas panennya. Sejauh ini masih diserahkan kepada mekanisme pasar sehingga terjadi ketidakstabilan harga. Mau harga tinggi atau rendah, nyatanya bukan petani yang menikmati itu semua. You know who, kan???
Sebenarnya hal ini bisa diatasi jika pemerintah mampu menjamin harga dengan menetapkan harga pokok petani. Selain itu adakalanya pemerintah perlu memberi subsidi kepada petani sehingga petani paling tidak mampu melanjutkan usahataninya. Tidak ada alasan untuk tidak member i subsidi harga kepada petani karena negara kita bukanlah negara kapitalis murni, soal subsidi negara lain sudah banyak yang melakukannya.
6. Nilai tambah komoditas pertanian kecil
Komoditas pertanian selama ini dikenal tidak tahan lama jika disimpan, dan mudah rusak, sehingga berpengaruh pada kualitas dan harganya. Perlunya meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian agar di saat terjadi panen raya (jumlahnya melimpah) dapat diolah menjadi komoditas yang bernilai tambah lebih.
Oleh karena itu pemerintah perlu memberikan pelatihan teknologi pengolahan komoditas pertanian, agar petani tidak selalu kecewa saat panen raya (harga jatuh). Sehingga kejadian petani membuang panenannya ke jalan raya tak perlu terjadi tiap musim panen.
Intinya jika ingin negara maju maka sejahterakan petani…!
Petani yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia mestinya menjadi sasaran utama pembangunan nasional. Pertanian sebagai sektor utama merupakan pondasi bangsa harus didukung dan dikuatkan.
Petani semestinya diberdayakan bukan dimanfaatkan dan dipolitisasi (terutama saat menjelang pemilu, pemilukada). Sebagai bagian dari warga negra petani berhak mendapatkan kesejahteraan, sejajar dengan profesi lain, serta sejajar dengan petani lain di berbagai negara. Setuju?
Tapi nyatanya tak semudah itu, 6 faktor penyebab banyak petani beralih profesi tersebut harus bisa diurai dan dicari solusinya. Menurut saya inilah yang menyebabkan kemiskinan sistemik bagi petani (terutama petani kecil).
Baca juga :
- Petani, Sosok Pahlawan Yang Kian Dilupakan
- Revitalisasi Pertanian Indonesia, Seberapa Urgensi-kah..?!
- Ngeri ! Kondisi Pertanian Indonesia Masa Kini !
Nah, sobat BT, itulah gambaran kondisi pertanian kita saat ini, dari segi teknologi dan kemauan sebenarnya tidak kalah dengan petani negara lain, bahkan dengan petani Eropa dan Amerika sekalipun. Cuman sayang, saat ini mereka hanya bisa berandai-andai “andai harga komoditas stabil maka keuntungan dan kesejahteraan petani akan bisa tercapai”. Lets Save our farmer, guys…!
Semoga bermanfaat, jangan lupa bagikan ke saudara, sahabat dan teman anda yang lain ya sob, sekian dan terimakasih ^^