Revitalisasi Pertanian Indonesia – Berbicara soal pertanian sepertinya tidak akan pernah ada habisnya selama manusia masih membutuhkan makan. Di saat sektor lain trennya mengalami kenaikan, justru sektor pertanian trennya mengalami penurunan.
Salah satu indikasinya adalah terjadi penurunan jumlah rumah tangga pertanian yang cukup signifikan, yang mana berpengaruh nyata pada produksi pangan nasional.
Memang cukup komplek masalah yang ada di sektor pertanian ini sehingga perlu disegarkan kembali, dibangkitkan lagi semangatnya. Salah satu caranya melalui Revitalisasi Pertanian.
Apa sih urgensi dan bagaimana Revitalisasi Pertanian itu diaplikasikan sehingga masalah-masalah di sektor pertanian ini bisa diurai? Nah, anda penasaran dengan konsep revitalisasi pertanian? Berikut artikelnya, Selamat membaca ya sobat BT…!
Revitalisasi berasal dari kata Inggris yaitu revitalization yang berarti penggiatan kembali atau penghidupan kembali. Dalam bidang pertanian, revitalisasi tidak hanya berarti penghidupan kembali namun memiliki makna yang lebih luas, lebih dalam dan lebih lebar.
Revitalisasi dalam makna yang lebih luas meliputi berbagai upaya pemberdayaan (empowering), penguatan (enforcing), perubahan yang lebih baik (changes better), pembaruan dan modernisasi.
Agar tidak sekedar sebagai sebuah retorika, teori, khayalan dan angan-angan untuk pecitraan politik dan agar pemerintah dipandang punya konsep yang bagus, revitalisasi pertanian harus difikirkan, dijabarkan, disosialisasikan, disepakati dan dilaksanakan. Pemerintah menjadi komponen utama pembentuk kebijakan yang dapat mendukung program revitalisasi.
Political will, adalah keinginan yang kuat untuk dapat memajukan pertanian sebagaimana di masa yang telah lalu dengan sebuah perencanaan pembangunan yang kuat melalui berbagai program Turba (turun ke bawah), Bimas (bimbingan massal), Inmas (intensifikasi massal) yang puncaknya adalah tercapainya swasembada beras pada tahun 1984. Pada waktu itu, Presiden Soeharto medapat kehormatan memberikan sambutan di forum FAO di Roma atas keberhasilan tersebut.
Political will semacam ini sangat menentukan keberhasilan revitalisasi pertanian. Kesuksesan pada masa lampau seharusnya menjadi tolok ukur bagi pemerintahan sekarang ini dalam mengambil keputusan di bidang pertanian.
Namun kita semua dapat melihat pada masa sekarang ini para pejabat tinggi negara kurang memperhatikan bidang pertanian. Antara lain tercermin dari alokasi APBN untuk sektor pertanian, serta banyaknya kebijakan dan undang-undang yang mengkebiri petani-petani kita seperti undang-undang budidaya pertanian yang sekarang menimbulkan polemik dan meresahkan di masyarakat.
Permasalahan lain yang tidak kalah penting yang sedang menjangkiti masyarakat sektor pertanian yaitu adanya mind set yang salah tentang pertanian. Mind set atau cara pandang masyarakat tentang pertanian adalah kegiatan yang bersifat kumuh, kotor, kuno, traditional, ngga keren, berlumpur, bau dan lain sebagainya.
Image ini sangat merugikan sektor pertanian. Bagaimana tidak hal ini menjadi faktor yang menyebabkan generasi muda kita tidak tertarik untuk masuk di bidang pertanian.
Perguruan Tinggi di Indonesia yang mempunyai Fakultas Pertanian di dalamnya pun tak luput dari dampak yang di timbulkan akibat mind set yang keliru ini. Jumlah mahasiswa yang mendaftar jumlahnya sangat sedikit dan kecenderungan mengalami penurunan tiap tahunnya.
Ketika menjadi Sarjana Pertanian (SP) pun sangat tidak sedikit dari mereka yang banting setir untuk berkarir di di bidang yain, ada yang masuk di bidang perbankan, administrasi, marketing dan sangat sedikit yang mau mengaplikasikan ilmu pertaniannya ke dalam aktivitas praktis pertanian.
Satu hal yang telah dilupakan oleh banyak orang yaitu tentang peran sektor pertanian dalam menjaga stabilitas nasional dan kelestarian alam.
Bayangkan jika semua petani berhenti menanam tanaman pangan, lalu dari manakah kita akan mendapat bahan makanan sementara persoalan perut adalah persoalan yang paling mendasar dan tidak dapat ditunda? Apakah kita akan melalukan impor terus menerus sementara tanah kita terbentang luas dari sabang sampai merauke?
Apakah ketika tidak ada makanan, motor mobil dan barang elektoronik saja yang akan kita makan?? Bayangkan ketika berhektar-hektar hutan ditebang sementara di waktu yang sama petani tidak melakukan penanaman bibit baru?? Bagaimana siklus oksigen, air, hara dan lain-lain yang mana berdampak secara global, pemanasan global, kerusakan ozon, dan perubahan iklim secara luas dan ekstrim???
Pertanian dalam Islam merupakan suatu profesi yang sangat mulia. Setiap aktivitas yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan dunia akan di nilai sebagai ibadah dan setiap ibadah akan mendapatkan pahala.
Bercocok tanam memberikan manfaat yang umum bagi kaum muslimin bahkan binatang. Karena secara adat manusia dan binatang haruslah makan, dan makanan tersebut tidaklah diperoleh melainkan dari hasil tanaman dan tumbuhan.
Dan telah shohih dari Jabir rodhiyallohu ‘anhu dia berkata: telah bersabda Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam: ??? ???? ???????? ???????? ??????? ?????? ????? ??? ?????? ?????? ???? ???????? ?? ??? ?????? ?????? ???? ???????? ?? ??? ???????? ????????? ?????? ???? ???????? ?? ??? ?????????? ?????? ?????? ????? ???? ????????
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman tersebut bagi penanamnya menjadi sedekah, apa yang dicuri dari tanamannya tersebut bagi penanamnya menjadi sedekah, dan tidaklah seseorang merampas tanamannya melainkan bagi penanamnya menjadi sedekah”. (Hadits Riwayat Imam Muslim dalam kitab Shohih-nya)
Dalam riwayat Imam Muslim yang lain disebutkan : ????? ???????? ??????????? ??????? ?????????? ?????? ????????? ????? ???????? ????? ?????? ?????? ????? ???? ???????? ????? ?????? ????????????
“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kemudian memakan tanaman itu manusia, binatang, dan burung melainkan bagi penanamnya menjadi sedekah hingga hari kiamat”. Berdasarkan uraian di atas maka sudah waktunya kita bangun kembali pertanian kita menjadi lebih baik. Semua pihak, pemerintah dan rakyat mari kita bergerak bersama-sama untuk kemajuan bangsa dan negara ini.
Untuk generasi kita yang akan datang tentu kita berharap dapat mewariskan sesuatu yang membanggakan, tentu kita tidak ingin disebut sebagai generasi perusak, generasi dzolim penyebab segala permasalahan.
Wallu a’lam bishowab 🙂
Sumber : bersyukurdanikhlas.com