2 Faktor Inilah Penyebab Kenaikan Harga Komoditas Pertanian

Penyebab Kenaikan Harga Pertanian – Cuaca atau Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam usaha bidang pertanian. Cuaca yang tidak menentu diakibatkan oleh kecenderungan iklim yang berubah. Dampaknya adalah para petani sulit memprediksi musim sehingga petani menjadi sulit menentukan varietas dan pola tanam.

Kecenderungan perubahan iklim sebenarnya bukan isu yang baru, karena banyak fenomena alam yang menjadi bukti iklim telah berubah dan sulit diprediksi.

Tentu masih hangat dalam ingatan kita fenomena alam badai El Nino pada tahun 2015 lalu yang mengakibatkan kekeringan panjang hingga 8 bulan lamanya. Kala itu musim hujan mengalami kemunduran. Jutaan lahan pertanian mengalami kekeringan, entah berapa jumlah kerugian petani yang diakibatkan gagal panen tersebut.

Nampaknya fenomena tersebut seolah kembali terulang pada tahun 2016 ini, kenapa demikian? Kalo anda amati ternyata musim penghujan kali ini ikut mundur. Intensitas hujan pada bulan Mei dan Juni masih sangat tinggi dan diprediksikan musim kemarau dimulai baru bulan Agustus. Sehingga tidak salah beberapa pihak menyebut fenomena ini sebagai musim kemarau basah..!

Dengan fenomena ini banyak dari petani yang mengeluhkan kondisi tanaman mereka yang mendadak rusak. Tak sedikit yang mulai menanam sayur di akhir penghujan dan harapannya nanti masuk musim kemarau tanamannya sudah bisa mulai dipanen. Namun kenyataan di lapangan berkata lain, masa-masa menjelang panen justru intensitas hujan tinggi. Tanaman rusak dan gagal panen.

Rekomendasi :  Pilih Jadi Petani Atau Pedagang ?
Sayuaran, komoditas yang harganya fluktuatif

Kegagalan panen, terutama di wilayah sentra sayur menyebabkan menurunnya pasokan sayur di pasar sehingga mengakibatkan harga komoditas sayur melambung tinggi. Salahsatunya cabai, harga di petani mencapai 60.000/kg dan mencapai 100.000/kg setelah sampai di pasar. Harga sekilo cabai bisa mengalahkan harga sekilo daging…!

Momen ini bagi sebagian petani yang masih panen adalah momen kejayaan mereka. Bayangkan dalam satu kali panen mereka memperoleh 1-2 ton/ ha. Jika harganya 60.000/kg, sekali petik panen saja mereka bisa mendapatkan uang 60-120 juta.

Beberapa petani yang masih panen tersebut diantaranya karena area mereka relatif lebih toleran terhadap perubahan iklim. Beberapa diantaranya karena menggunakan teknologi Green House (GH) sehingga tanaman masih aman walau hujan terus-menerus.

Minimnya pasokan komoditas cabai tersebut nampaknya masih akan terus berlanjut hingga bulan puasa dan lebaran (bulan Juli) nanti. Lebaran nanti diprediksi harga-harga komoditas sembako, pangan dan sayur masih akan melambung tinggi tanpa ada pihak-pihak yang mampu mengontrolnya, termasuk dari pihak pemerintah. Beberapa pihak menuding peran pemerintah masih sangat kurang.

slogan kementanEntah hal ini memang pemerintah lepas tangan dan membiarkan sepenuhnya pada mekanisme pasar. Pemerintah bersama Bulog sebenarnya bisa mengambil peran sebagai stabilisator dengan melalui operasi pasar agar harga-harga menjadi lebih stabil dititik keseimbangan antara petani dan konsumen.

Rekomendasi :  Wah, Ngeri Juga Ya Kondisi Pertanian Indonesia Saat Ini

Jangan biarkan petani seperti anak ayam kehilangan induknya, mereka sudah susah pasah menanam dan merawat tanaman sebaik mungkin. Bantulah mereka agar mendapat kan harga yang sepadan dengan kerja keras mereka.

Untuk kelangkaan pasokan memang ada solusi praktis, yaitu import, namun itu bukanlah solusi jangka panjang. Import bukan lah solusi dari semua akar masalah dalam bidang pertanian. Import yang terus-menerus akan mematikan gairah dan semangat petani dalam berusahatani.

Dan saat ini sudah terlihat, dengan minimnya generasi muda yang terjun di dunia pertanian, bahkan anak dari keluarga petani tidak ada yang tertarik untuk meneruskan jejak orang tua mereka.

Namun disisi lain, upaya pemerintah menekan import patut kita berikan apresiasi. Kini, pemerintah perlu lebih memperhatikan terkait masalah, pertama, pola tanam petani. Kedua, tata niaga pertanian, terutama pada masalah rantai pasok (supply chain).

Pertama, masalah pola tanam, petani umumnya menanam cabai menjelang musim hujan dan panen di musim kemarau. Hal ini berarti pada saat musim kemarau terjadi panen raya dan pada awal musim hujan terjadi kelangkaan.

Diperlukan manajemen tanam yang baik, pengaturan pola tanam yang seimbang. Artinya jika ada penanaman cabai pada awal penghujan, maka juga harus ada penanaman pada awal kemarau.

Dengan keterbatasan air pada musim kemarau, maka itu merupakan tugas stake holder dan insan tani untuk mencari jalan keluarnya bersama. Dengan pola tersebut diharapkan ada stok yang cukup di masing-masing musim sehingga kenaikan harga yang tidak wajar bisa ditekan.

Rekomendasi :  6 Faktor Penyebab Banyak Petani Beralih Profesi

Kedua, terkait masalah rantai pasok, pemerintah harus mempunyai data yang lengkap terkait dengan data permintaan dan penawaran, data daerah mana yang panen dan daerah mana yang rawan gagal panen.

Rantai distribusinya pun harus diperpendek sehingga harga margin antara harga di petani dan di pasar tidak terlalu jauh. Kalau hal tersebut dapat dilakukan maka, masalah seperti kenaikan harga yang tidak normal serta kebijkan impor tentu menjadi terselesaikan.

Sebenarnya sedikit terjadi kontradiktif pada tata niaga pertanian kita karena pada awal tahun 2016, menurut data kementan nilai ekspor horti nasional naik 5.82%,  termasuk cabai yang naik 43.54% dan bawang merah 204.74%. Naiknya ekspor cabai seolah berkebalikan karena di saat yang sama di daerah lain mengalami kelangkaan komoditas tersebut.

Kasus ini juga terjadi pada bawang merah, kira-kira di akhir musim hujan lalu (bulan 4) daerah sentra bawang merah sebenarnya mengalami panen raya tapi pemerintah justru mewacanakan akan mengambil kebijakan impor.

Ini aneh sekali, hal ini sekaligus mempertegas bahwa tata niaga pertanian kita perlu di benahi. Jangan karena hanya kepentingan oknum tertentu petani kita menderita dan merana.

Pertanyaanya adalah MAMPUKAH…?!

Share, jika konten ini bermanfaat !

Artikel Terkait

About the Author: Insan Cita

Insan Cita, founder & owner BelajarTani.com - Alumnus FP - Bekerja di agriculture corp - Hobi ngeblog & berkebun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *