Ketahanan Pangan – Masing-masing negara memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam pemenuhan pangan masyarakatnya. Hal ini disebabkan kinerja sektor pertanian masing-masing negara juga berbeda.
Ada negara yang produksi pertaniannya sekedar memenuhi kebutuhan dalam negerinya, ada juga yang produksinya melebihi kebutuhan dalam negeri sehingga sisanya bisa dieskpor ke negara lain.
Parahnya lagi ada negara yang jangankan untuk diekspor, untuk kebutuhan dalam negerinya saja masih kurang memenuhi. Maka, untuk kategori ini, bisa dikatakan ketahanan pangan negara tersebut tidaklah baik.
Apa arti ketahanan pangan ?
Ketahanan pangan adalah kondisi suatu negara yang kebutuhan pangannya terpenuhi baik secara kuantitas (jumlah) maupun kualitas (bergizi dan aman). Ketahanan pangan suatu negara merupakan buah hasil kerja dari program pembangunan pertanian.
Pada lingkup yang lebih kecil, ketahanan pangan bisa dilihat dengan kesejahteraan petani, yakni meningkatnya taraf hidup petani dan keluarganya. Jadi, ketahanan pangan nasional akan tercipta jika sebelumnya terbentuk ketahanan pangan pada tingkat petani.
Untuk mengetahui ketahanan pangan suatu negara baik atau tidak itu cukup mudah. Berikut ini ciri-ciri suatu negara memiliki ketahanan pangan yang tidak baik.
1. Ketergantungan eksternal
Merupakan kondisi dimana suatu negara sangat bergantung pada impor pangan dari negara lain. Sehingga apabila negara pemasok mengurangi atau bahkan menyetop ekspor mereka, maka akan berdampak pada stabilitas pangan dalam negeri. Tak hanya itu industri yang bahan bakunya dari impor juga akan merasakan dampaknya baik itu dari ketersediaan bahan ataupun kenaikan harga.
2. Harga pangan tidak stabil
Ketidakstabilan harga pangan dalam negeri sangat mudah terjadi terutama jika pasokan berkurang sementara permintaan tetap atau bahkan naik. Kurangnya pasokan disebabkan karena terjadi gagal panen baik akibat serangan hama penyakit ataupun karena cekaman lingkungan. Naiknya harga pangan tentu akan menggerus kekayaan masyarakat.
3. Banyaknya kasus kelaparan dan gizi buruk
Tingginya kasus kelaparan dan gizi buruk dalam suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki masalah ketahanan pangan yang serius. Artinya apa, pangan yang tersedia tidak bisa menjangkau semua elemen, baik itu yang kaya atau miskin. Padahal akses terhadap pangan merupakan hak bagi semua warga negara.
4. Rendahnya taraf hidup petani dan keluarganya
Petani sebagai salah satu pilar utama pertanian, hidupnya tergantung dari pendapatan usaha taninya. Apabila marjin keuntungan yang diperoleh nilainya kecil maka minat dan semangat petani juga akan menurun. Hal ini berpotensi petani beralih profesi. Tak hanya itu, lahan pertanian yang selama ini produktif bisa saja ikut menurun karena petani menjualnya atau mengalihfungsikan untuk kegiatan yang lain.
5. Ketidakmampuan mengatasi krisis pangan
Saat stok pangan di negara menipis, biasanya pasokan di masyarakat juga mengalami penurunan. Saat harga barang naik, negara yang memiliki ketahanan pangan yang baik bisa mengatasi ketidakstabilan pasokan dan harga pangan dengan melakukan operasi pasar atau bazar pangan dengan harga murah. namun hal ini tidak selalu bisa dilakukan oleh semua negara, terutama yang tidak memiliki cadangan pangan dalam jumlah yang besar.
Program pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan
Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, sebuah negara harus mencanangkan program kerja agar produksi meningkat dan berlanjut, pangan mudah tersedia dengan harga terjangkau, petani bisa happy serta lepas dari ketergantungan impor.
Untuk meningkatkan produksi pangan, program yang dilakukan antara lain diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi, mekanisasi dan rehabilitasi pertanian. Mengenai hal ini pernah kita bahas dengan detil pada artikel berikut >> 5 Cara Meningkatkan Hasil Produksi Pertanian.
Selain 5 cara di atas, pemerintah sepertinya juga perlu mencanangkan program yang berbasis pada riset, petani dan masyarakat itu sendiri.
1. Riset pertanian, bertujuan untuk mengembangkan varietas yang tahan hama penyakit serta memiliki produktivitas hasil yang lebih tinggi.
2. Peningkatan kapasitas petani, pemerintah memberikan pelatihan serta bantuan modal pada petani agar pendapatan petani meningkat.
3. Pertanian keluarga, yaitu pertanian di level keluarga agar tercipta ketahanan pangan di tingkat keluarga. Sehingga masyarakat bisa memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri misal dengan menanam sayur di depan rumah seperti cabai, tomat, sawi, bawang merah dan lainnya. Ini akan sangat membantu menghemat anggaran belanja keluarga di saat harga-harga sayuran di pasar naik.
Nah, berdasarkan uraian di atas, bagaimana kondisi ketahanan pangan negara Indonesia menurut anda sobat BT ? Apakah sudah baik atau masih buruk ?
Jika melihat kondisi pertanian dalam negeri tentu masih banyak pihak yang menyayangkan karena hingga saat ini masih banyak komoditas pertanian yang kebutuhan dalam negerinya harus dipenuhi dari impor.
Contohnya yaitu beras, gula, bawang putih, kedelai, singkong, garam dan lain-lain. Mirisnya lagi, komoditas pertanian yang impor tadi sebetulnya bisa diproduksi sendiri dalam negeri karena memang sangat memungkinkan. Bahkan dulunya kita pernah swasembada (produksi melebihi kebutuhan sehingga sisanya di ekspor).
Sudah seharusnya sebagai negara agraris, kita menjadi pengekspor bahan pangan bukan malah sebaliknya. Parahnya lagi, kita tak bisa berbuat apa-apa saat negara lain memutuskan untuk menyetop ekspor mereka ke negara kita.
Contohnya saat Amerika Serikat yang menyetop kedelai mereka, tiba-tiba saja industri tahu tempe dalam negeri mengalami kekacauan. Atau saat India mulai menyetop ekspor beras mereka, bisa kita lihat harga beras di dalam negeri langsung merangkak naik.
Dampaknya bisa kita lihat, di beberapa daerah banyak masyarakat yang mengalami kelaparan. Bukan karena mereka tidak mendapatkan jatah untuk membeli beras, tapi karena memang mereka tidak mampu membeli beras yang harganya semakin meroket.