Daun Tomat Menguning – Untuk mengetahui atau mengindentifikasi ada tidaknya sebuah penyakit pada tanaman bisa dilihat dari gejalanya.
Salah satu gejala yang umum terjadi pada tanaman yang terserang penyakit (termasuk tanaman tomat) adalah klorosis. Klorosis berarti memudarnya warna tanaman hijau menjadi hijau muda, kuning atau putih.
Nah, pada artikel sebelumnya kita pernah membahas bahwa penyakit tanaman itu dibedakan menjadi 2 jenis yaitu penyakit karena faktor biotik dan abiotik.
Penyakit faktor biotik itu disebabkan adanya serangan patogen misalnya hama, fungi atau bakteri. Sementara penyakit karena faktor abiotik disebabkan faktor non-patogen misal karena cekaman lingkungan, atau mengalami defisiensi nutrisi.
Seringkali antara satu penyakit dengan penyakit lain itu memiliki kemiripan gejala, salah satunya gejala klorosis tadi. Karenanya tak jarang petani jadi bingung dalam mengenali dan membedakan sebuah penyakit karena patogen atau karena faktor nutrisi.
Sebelum kita membahas sebagaimana judul artikel ini, mari kita main tebak-tebakan dulu. Kita di sini ada 2 gambar, kita sebut gambar 1 dan gambar 2.
Gambar 1

Gambar 2

Secara kasat mata, kedua foto tersebut memiliki gejala yang sama bukan? Yap sama-sama daun tomat menguning atau klorosis! Namun meski sama-sama klorosis ternyata penyebab keduanya berbeda dimana :
- Gambar 1 disebabkan oleh kekurangan unsur hara Magnesium dan
- Gambar 2 disebabkan serangan oleh Virus Klorosis Menular Tomat/Tomato Infectious Chlorosis Virus (TICV)
Oke kalo gitu mari kita bahas lebih detil perbedaan klorosis atau daun tomat menguning yang disebabkan virus dan klorosis karena kekurangan Magnesium.
#1. Klorosis Karena Kekurangan Magnesium (Mg)

Penyebab suatu tanaman kekurangan unsur hara pada umumnya dikarenakan imobilisasi unsur hara, dengan kata lain walaupun unsur hara tersedia namun terikat dengan unsur lain. Hal ini terjadi pada tanah dengan reaksi asam atau basa.
Selain itu bisa jadi karena memang tanah telah mengalami pencucian atau miskin hara termasuk Mg disebabkan penggunaan lahan terus-menerus tanpa melakukan deposit pupuk organik.
Gejala kekurangan Magnesium sangatlah khas dan mudah diingat. Yaitu daun tua mengalami klorosis (berubah warna dari hijau jadi kuning), namun urat daun (leaf veins) tetap hijau.
Namun jika tidak segera diberi asupan nutrisi berupa pupuk Magnesium maka klorosis tadi akan berubah menjadi nekrosis (sel mati) yakni daun jadi mengering coklat. Selain itu, gejala klorosis akan terus berkembang dari daun tua menuju ke daun yang lebih muda.
Baca juga : Cara Mudah Mengukur Kekurangan Unsur Hara (Plant Deficiency Guide) dari Daun Tanaman
Maka solusinya adalah penggunaan pupuk kompos atau organik agar unsur hara tersedia pada waktu yang lama. Dibandingkan dengan pupuk kimia yang cenderung mudah menguap, atau mudah hilang karena erosi.
Selain diberikan dalam bentuk pupuk dasaran berupa pupuk organik, pemupukan Magnesium bisa diberikan dalam bentuk pupuk susulan baik itu di semprotkan, ditugal atau dikocorkan di lubang tanam.
#2. Klorosis Karena Virus Klorosis Menular Tomat atau Tomato Infectious Chlorosis Virus (TICV)

Virus Klorosis Menular Tomat atau TICV, ditularkan oleh hama vektor kutu kebul (whitefly) antara lain dari spesies :
- Bemicia tabaci (kutu kebul pada kentang), atau
- Trialeurodes vaporariorum (kutu kebul pada tanaman dalam greenhouse seperti cabai, paprika atau tomat).
Gejala yang berkembang pada tanaman tomat yang terkena TICV, seringkali disalahartikan sebagai gejala kekurangan unsur hara Magnesium.
Lalu apa sih bedanya?
- Gejala klorosis yang disebabkan kekurangan unsur hara Magnesium, perlahan akan berhenti atau tidak berkembang lebih luas apabila dilakukan aplikasi pupuk Magnesium pada tanaman tomat.
- Sementara jika karena virus, meski sudah dilakukan aplikasi pemupukan Magnesium, gejala klorosis interveinal (di sekeliling urat daun) tidak berhenti, bahkan cenderung terjadi bleaching (pemutihan).
- Gejala munculnya klorosis akibat virus, muncul setelah 3-4 minggu setelah infeksi awal. Jadi klorosis karena virus TICV disebarkan oleh hama kutu kebul yang jauh hari sebelumnya sudah menyerang tanaman tomat yang sehat.
- Tanaman tomat yang terserang TICV perlu dicabut. Karena jika tidak akan menjadi sumber penularan virus, dimana tanaman sehat akan tertular saat ada kontak dengan kutu kebul yang mengandung virus.
Baca juga : (Terbukti) 3 Teknik dan Cara Pengendalian Kutu Kebul Secara Efektif dan Efisien
Maka solusinya adalah melakukan pengendalian terhadap populasi hama kutu kebul, antara lain dengan :
- Menerapkan kultur teknis (bisa dipasang jebakan hama/yellow trap) (Seberapa Efektif-kah Yellow Trap ?)
- Menggunakan tanaman border seperti marigold (Beginilah Cara Tanaman Marigold Cegah Serangan Hama)
- Serta penggunaan pestisida baik kimia maupun nabati secara efektif dan berkala (intensif)
- Jika menanam dalam greenhouse sebaiknya menggunakan screen dengan ukuran 50 mesh agar kutu kebul tidak bisa masuk.
- Melakukan eradikasi yaitu mencabut, atau sanitasi yaitu membersihkan, tanaman tomat yang terserang virus.
Baca juga : 7 Tanaman Pestisida Nabati, Yang Terbukti Efektif Mengendalikan Hama Kutu-kutuan serta Cara Pembuatannya
Penyakit virus TICV tidak akan berkembang jika petani bisa mencegah perkembangan kutu kebul. Walaupun terdapat kutu kebul namun jika tanaman inang yang telah mengandung virus juga tidak ada, maka dapat juga mencegah virus agar tidak terus menyebar luas.