Dampak Wabah Corona Bagi Petani – Hallo sobat BT, bulan Maret 2020 menjadi sejarah baru bagi dunia, khususnya bagi bangsa Indonesia kerena kita mengalami wabah virus Corona atau Covid 19, yang berasal di kota Wuhan, China.
Kini virus ini setidaknya sudah satu bulan menyebar di Indonesia, sejak ditemukan kasus pertama pada tanggal 2 Maret, sampai tulisan ini diposting setidaknya 50 orang meninggal dunia, dengan orang positif 500-an.
Hampir tiap hari berita di media elektronik maupun media sosial tak lepas dari berita Corona. Seakan tak pernah lelah hampir semua pihak membahas persoalan wabah Corona ini.
Tak hanya di media sosial, di dunia nyata pun begitu, di kantor, di lingkungan rumah bahasannya sama, tentang Corona. “Hari ini sudah berapa yang positif ?” Kira-kira begitu pertanyaanya.
Pulang kerja juga begitu, langsung buka youtube untuk melihat update dari pemerintah, serta perkembangan terbaru virus Corona.
Berita Corona saat ini memang sangat masif. Dari yang beneran sampai yang hoax. Saking massifnya terkadang membuat kita parno sendiri. Saking seringnya membaca berita Corona membuat pikiran jadi cemas.
Bahkan untuk orang seperti saya yang sekarang lagi tinggal di pedesaan juga merasakan sedikit ketakutan akibat virus Corona ini.
Membaca melihat apa yang terjadi di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya membuat bulu kduk merinding. Gak bisa bayangin apa yang terjadi seandainya wabah Corona tersebut masuk ke desa, tempat petani tinggal pahlawan pangan yaitu petani.
Gak bisa dibayangin apa yang terjadi mengingat fasilitas kesehatan di pedesaan sangat minim. Di kota besar saja yang fasilitas kesehatannya dibilang cukup lengkap dan modern saja masih banyak yang tumbang akibat Corona.
Gak bisa bayangi juga gimana kalau saat bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha wabah ini masih eksis? Banyak pertanyaan retoris, “kapan akhir dari wabah Corona ini ?”
Tak ada satupun orang di negeri ini bisa menjawab. Tak ada yang tau pasti kapan wabah Corona ini akan berakhir. Hanya Allah saja yang tahu.
Oleh karena itu, melalui tulisan ini saya ingin mengajak sobat BT semua yang berada di desa dan jauh dari keramaian untuk waspada, berhati-hati, tapi tidak boleh panik. Sekali lagi jangan panik…!
Kondisi saat ini sangat serius, bukan main-main lagi. Dalam sudut pandang ini Corona ini bisa menjadi ancaman bagi ketahanan bangsa dan negara Indonesia. Negara bisa hancur dan luluh lantak dalam waktu singkat.
Sebaiknya kita ikuti himbauan dari pemerintah untuk melakukan social distancing atau menjaga jarak sosial, minimal jarak aman 2 meter. Dan jika tidak ada keperluan yang mendesak jangan paksakan untuk keluar rumah.
Jangan sekali-kali meremehkan. Karena saya lihat di pasar tradisional masih saja ramai dan berkerumun. Selain itu kegiatan yang melibatkan banyak massa seperti tahlilan atau selamatan desa juga masih saja diadakan.
Untuk saat ini mari kita stop dulu untuk sementara sampai keadaan membaik. Hal ini agar memutus penyebaran virus Corona yang sangat cepat, agar penderita Corona tidak semakin banyak dan korban meninggal tidak bertambah lagi. Seserius itu kah?
Andai Corona ini bukanlah hal yang serius tentu pemerintah Arab Saudi tak akan menutup Masjidil Haram untuk tetap dapat dikunjungi jamaah dari seluruh dunia. Berapa nilai kerugiannya?
Begitu pun liga-liga sepakbola top Eropa. Untuk anda yang suka sepakbola mungkin tahu, bahwa liga-liga top Eropa pun kini juga sedang ditiadakan. Coba anda hitung berapa nilai kerugiannya?
Perlu diketahui, saat ini Corona di Indonesia baru memasuki fase awal. Berbeda dengan China yang saat ini sudah sunset (tidak ditemukan kasus baru). Di Italy justru sedang dalam puncak-puncaknya (sekitar 2 bulan). Jumlah orang meninggal dan jumlah kasus baru kian-hari kian bertambah.
Bahkan angka meninggalnya mencapai 6000 ribuan, paling tinggi di dunia dan angka ini berpotensi terus bertambah apabila penangangan virus Corona disana tidak berjalan dengan efektif.
Hal yang perlu dijadikan pelajaran adalah bahwa dulunya (saat kasus awal tanggal 31 Januari 2020) Italy itu warganya kurang peduli dan terkesan meremehkan virus ini. Akibatnya kini rakyat dan pemerintah Italy harus membayar mahal atas sikap remeh mereka dengan ribuan nyawa yang melayang.
Oleh karena itu sobat BT, saya ingin mengajak anda semua, petani, peternak, pekebun yang saat ini mungkin merasa masih aman karena berada jauh di pedesaan untuk turut serta mencegah penyebaran virus Corona ini.
Jangan sampai kita dan keluarga kita terjangkit. Karena virus saat ini virus Corona ini sudah semakin mematikan akibat telah mengalami adaptasi, mutasi dan pengayaan (enrichment), selama masa penyebarannya itu.
Selain itu, anda juga perlu tahu bahwa protokol penanganan jenazah penderita Corona juga tak sama dengan penderita penyakit lain seperti AIDS misalnya.
Dari banyak cerita dan kesaksian keluarga penderita yang meninggal, tak satupun anggota keluarga yang diperbolehkan untuk membesuk. Bahkan saat meninggal pun tak diijinkan pula melihat jenazah untuk terakhir kalinya.
Lalu jenazahnya itu dikuburkan dengan peti dan pakaian atau atribut terakhir yang ia gunakan saat di rumah sakit. Ngerinya lagi jenazahnya tidak dimandikan tapi hanya ditayammumkan saja. Selanjutnya jenazah dikuburkan oleh petugas khusus dengan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap, dan tidak diperkenankan dihadiri oleh pelayat.
Sebagai informasi bahwa virus Corona pada jenazah akan mati setelah 7 jam. Jadi, anda jangan khawatir berlebihan sehingga melakukan penolakan pemakaman jenazah akibat Corona.
Gimana mengerikan sekali bukan? Gimana sepakat kan kalau virus Corona ini berbahaya bagi ketahanan bangsa kita, khususnya ketahanan ekonomi dan pangan. Tapi sobat BT semua itu tak akan terjadi jika kita semua mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah Corona, antara lain :
#1. Social distancing, seperti yang kita bahas sedikit di atas. Social distancing berarti menjaga jarak sosial, dengan cara menghindari kerumunan atau keramaian. Jaga jarak minimal 2 meter, hindari berjabat tangan dan jika perlu gunakan masker.
Social distancing adalah kunci utama mencegah penyebaran virus Corona. Alangkah baiknya dimulai dari diri kita dulu, keluarga dan lingkungan kita.
Tunda dulu acara sosial kemasyarakatan meskipun sudah jadi tradisi di daerah kita seperti tahlilan, maulidan dan acara kumpul-kumpul warga lainnya. Dan sementara untuk menjauhi orang yang sedang sakit flu, demam ataupun sesak nafas.
#2. Jaga kebersihan tubuh, cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer setelah memegang benda di tempat umum, misal setelah memegang gagang pintu minimarket. Sebelum cuci tangan atau mandi jangan memegang mata, hidung atau mulut atau memegang atau bermain dengan anak anda.
#3. Jaga imun atau ketahanan tubuh, dengan konsumsi makanan bergizi, konsumsi vitamin c dan E, olahraga dan istirahat yang cukup dengan cara tidak begadang. Selain itu hindari pikiran stress karena stress bisa menurunkan imun tubuh.
#4. Selama wabah Corona masih ada, sebaiknya lakukan aktivitas di rumah (Work From Home). Banyak hal bermanfaat yang bisa lakukan di rumah seperti : bermain dengan keluarga, membersihkan rumah, home gardening atau berkebun (menanam sayuran untuk kebutuhan sehari-hari).
#5. Usaha ikhtiar sudah kita lakukan, selanjutnya jangan lupa berdoa dan tawakkal. Mari kita sama-sama berdoa agar wabah Corona di dunia, khususnya di Indonesia segera berakhir.
Tentu kita berharap bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha nanti kita tak dihantui oleh bayang-bayang Corona lagi sehingga kita dapat beribadah dengan khusuk/tenang. Bersilaturrahim dan berkumpul dengan keluarga kembali. InsyAllah dengan kehendak Allah virus tersebut akan segera sirna.
Wabah Corona, dari uraian singkat di atas terbukti telah berdampak pada ketahanan ekonomi dan pangan suatu negara. Negara yang kegiatan perdagangan internasionalnya terhenti (tidak ada kegiatan ekspor impor) tentu saja berada pada titik kerawanan.
Terlebih negara seperti Indonesia yang hasil ekspornya berupa dollar Amerika digunakan sebagai alat pembayaran impor dan instrumen pembayaran hutang luar negeri.
Dari sisi impor, banyak sekali kegiatan produksi yang membutuhkan bahan baku yang diimpor dari negara lain. Pun tak terlepas produk pertanian yang masih banyak mengandalkan impor seperti kedelai untuk industri tahu, kecap dan tempe (produk yang tak seharusnya impor).
Baca juga : 8 Komoditas Pertanian yang Mustinya Tak Perlu Impor
Saat ini yang benar-benar mendapatkan dampak besar dari wabah Corona yaitu para pekerja harian dan UMKM. Efek dari kebijakan social distancing benar-benar memukul pendapatan dan omset para pekerja harian seperti pedagang, OJOL, yang pendapatannya nyaris menjadi nol.
Tentu hal tersebut menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Karena saudara-saudara kita yang terdampak langsung tadi mempunyai keluarga, anak istri yang kebutuhan perutnya tak dapat ditunda. Bagi mereka tidak bekerja, diam di rumah sama saja tidak dapat uang.
Dampak Wabah Virus Corona Bagi Petani
Lalu bagaimana dampak wabah Corona bagi petani dan sektor pertanian itu sendiri sejauh ini? Dampak wabah Corona bagi petani setidaknya bisa dilihat dari 2 sudut pandang, (1) sudut pandang ancaman dan (2) sudut pandang tantangan.
Dari sudut pandang ancaman, Corona bisa jadi faktor penghambat usahatani yang dilakukan petani. Petani atau tempat petani itu berada dalam hal ini desa, bisa saja berpotensi menjadi pusat penyebaran baru virus Corona yang mungkin saat ini masih berada di perkotaan.
Namun bukan tidak mungkin, Orang Dalam Pemantauan (ODP) yang pulang kampung dari wilayah Zona Merah (Red Zone), bukan tidak mungkin menjadi carrier atau pembawa/penyebar virus Corona di daerah pedesaan. Dan inilah yang sangat tidak kita inginkan.
Kenapa? Karena jika Corona virus sudah mewabah di desa tentu saja aktivitas usahatani akan lumpuh seketika. Terlebih jika banyak petani yang positif virus tersebut. Selain itu pemerintah pasti melarang segala bentuk kegiatan di luar rumah termasuk kegiatan di sawah, sampai situasi kembali membaik.
Namun saya yakin selama kita paham bagaimana cara mencegah penyebaran virus Corona dan disiplin dalam melaksanakannya, tentu kejadian atau kasus baru Corona di desa bisa dicegah.
Selanjutnya, info situasi terbaru di berbagai pasar tradisional di daerah-daerah, kampanye kerja dari rumah atau Work From Home (WFH), hastag “dirumahaja”, serta himbaun social distance, ternyata berdampak pada menurunnya permintaan akan produk sayur oleh konsumen akhir yang berakibat menurunnya serapan hasil petani di sentra-sentra produksi.
Tapi mudah-mudahan ini hanya dampak sementara, dan selanjutnya aktivitas distribusi produk hasil pertanian kembali pulih sedia kala sehingga petani tidak mengalami kerugian.
Jika petani rugi, percayalah negara akan rugi juga. Kenapa karena petani adalah aset yang sangat berharga yang dengannyalah kebutuhan perut warga negara lain bisa dipenuhi.
Dari sudut pandang tantangan, saat pintu ekspor impor tertutup seperti saat ini, menjadi peluang sekaligus tantangan bagi petani untuk menunjukkan dirinya pahlawan dan penyelamat bangsa.
Baca juga : Petani, Sosok Pahlawan Yang Kian Dilupakan
Harapannya dapat membuka mata pengambil kebijakan agar melek terhadap nasib para petani. Saat negara sedang krisis, masih ada petani yang mau menanam bahan pangan dan sayuran sehingga negara tidak mengalami kelaparan.
Lebih jauh, hal ini menjadi momentum kembali bagi petani Indonesia untuk kembali mengisi pasar yang selama ini dikuasai oleh produk impor. Masyarakat yang lain pun, dalam situasi seperti ini sebaiknya membeli produk dari petani lokal agar petani kita bisa survive.
Agar tujuan bersama tadi tercapai, maka perlu dukungan dari pemerintah agar melindungi dan men-support para petani lokal. Baik itu dengan bantuan benih, pupuk, pembiayaan, akses pasar maupun dukungan kebijakan untuk tidak membuka kran impor (selama musim panen raya plis jangan impor deh Pak Menteri).
Jika semua pihak petani, masyarakat dan pemerintah bersatu padu maka masalah Corona akan dapat diselesaikan dengan baik. Dan saya harap jumlah korban meninggal di Indonesia tak lebih dari angka 100 orang di fase sunset nanti.
Nanti kapan itu? Entahlah…. hanya waktu yang akan menjawab……!