Penyebab Produk Pertanian China Murah – Negara agraris tapi suka impor, itulah Indonesia saat ini. Punya pulau jawa yang subur yang duu dikenal dengan Jawa Dwipa atau Jawa lumbung padi, tapi komoditas pangan utama berasnya masih impor.
Kini tak cuma beras, komoditas pangan dan horti lain seperti jagung, kedelai, bawang putih, bawang merah dan buah-buahan tak luput dari serangan produk impor.
Salah satunya yang paling banyak masuk ke Indonesia dalah produk pertanian asal China, yang harganya terkenal jauh lebih murah dibandingkan produk local.
Mungkin anda penasaran kenapa sih produk pertanian asal China harganya bisa murah? Apa mereka tidak rugi jual dengan harga yang murah ? Oke nanti kita bahas alasan produk pertanian China bisa murah.
Konsumen suka barang murah, rasional !
Dihadapkan pilihan 2 barang sama tapi harga beda, pasti konsumen lebih memilih harga yang lebih murah. Masalah harga adalah soal yang sangat sensitive.
Menurut opini saya pribadi, konsumen sekarang sepertinya sudah tak memperdulikan lagi kampanye cintailah produk-produk dalam negeri. Jauh lebih rasional, yang penting harganya murah ya dibeli.
Maka dari itulah produk asal China cepat menguasai pasar-pasar di dalam negeri dan mengalahkan produk local.
Efek jangka panjangnya bisa kita amati sekarang ini, kita tergantung produk impor, di mana hamper 100 persen ebutuhan dalam negeri dipenuhi dari impor.
Padahal dulunya produk tersebut banyak ditanam petani local, seperti bawang putih dan kedelai dulu banyak sekali area sentralnya.
Akibat serangan produk impor, lalu kalah bersaing soal harga akhirnya petani rugi dan enggan tanam komoditas tersebut dan memilih komoditas lain yang lebih menguntungkan.
Beberapa alasan produk pertanian asal China lebih murah
Kembali ke pertanyaan di atas, apa sih penyebab produk pertanian China murah bangets di Indonesia ? Yuk kita bahas sob. Berikut ini beberapa penyebab mengapa produk pertanian China lebih murah.
1. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah adalah point yang sangat penting. Pemerintah China diketahui menerapkan kebijakan insentif dan subsidi kepada para petani.
Sehingga petani tidak terlalu dibebani oleh biaya produksi seperti biaya pupuk, atau benih. Kemudian saat panen, juga diberikan subsidi harga sehingga dijual eskpor dengan harga murah pun, petani masih mendapatkan untung.
Sementara di Indonesia, makin lama makin kesini subsidi makin dikurangi. Sementara harga barang non-subsidi seperti pupuk harganya semakin naik.
2. Harga barang modal
Barang modal seperti pupuk, benih, bahan bakar minyak dan lain-lain jauh lebih murah, sehingga berpengaruh pada cost operasional produksi di sana.
Mesin dan alat pertanian di sana kabarnya tidak diberlakukan pajak sehingga ini akan memicu semangat petani dalam menjalankan bisnis dan usaha.
3. Infrakstruktur
Infrastruktur di sana jauh lebih maju pembangunannnya. Infrastruktur seperti jalan, transportasi, jembatan, saluran irigasi, listrik, serta permodalan sudah bisa diakses dengan mudah oleh petani.
Sementara di sini, terkadang masih kita temui banyak desa pertanian yang jalannya rusak, saluran irigasinya sudah jebol, dan bahkan belum punya jaringan listrik.
Tentu saja hal tersebut akan berdampak pada kegiatan pertanian, misalnya berdampak pada produktivitas tanaman atau hasil panennya.
4. Upah buruh di China
Bukan rahasia umum, jika upah buruh atau tenaga kerja di China dikenal lebih murah. Ini berdampak pada biaya produksi di sana lebih efisien sehingga masih untung walau jual dengan harga murah.
Hebatnya lagi meski upah buruh di sana murah, namun tak mempengaruhi produktivitas kerja mereka. Makanya banyak sekali pabrik yang memindahkan produksinya di negara China.
5. Perizinan usaha
Di China, izin usaha jauh lebih mudah dan murah. Beda banget jika dibandingkan dengan di Indonesia, belum mendirikan pabrik atau usaha saja sudah dikenai pajak dan biaya-biaya, padahal operasional belum mulai dan belum menghasilkan omset.
Misalnya pabrik pupuk, harga jual pupuknya akan jadi lebih tinggi sebagai akibat dari dikenainya pajak dan biaya-biaya pada usaha mereka.
Nah, dari semua komponen di atas, produksi pertanian di China jauh lebih mudah dan jauh lebih murah. Komponen-komponen di ataslah yang akan mempengaruhi cost produksi dan harga jualnya yang jauh lebih murah.
Penutup
Produk impor pertanian, sangat berbahaya bagi petani local jika tidak dibatasi oleh otoritas terkait. Sebaiknya perlu diatur mana yang bisa impor mana yang tidak.
Jangan semuanya impor, mirisnya saat di dalam negeri lagi panen raya padi atau cabai eh justru impor, atau lagi musim giling tebu eh malah impor gula, ini kan kontraproduktif, konyol kan.
Jangan karena fee atau marjin untung bagi segelintir orang, tapi berdampak luas bagi ketahanan pangan bangsa dan negara.
Negara harus komit memberas mafia impor pangan, utamanya yang bisa mengancam masa depan petani dan industry pertanian dalam negeri.
Negara harus lebih hati-hati jika berhadapan dengan negara produsen besar macam China. Fakta bahwa mereka jauh lebih unggul system pertaniannya, sehingga pasti berani melakukan perdagangan bebas dengan negara manapun termasuk Indonesia.
Dan itu bisa kita lihat sekarang ini, negara-negara super power seperti Amerika saja mengalami minus saat berdagang dengan China, sadar akan hal itu kini Amerika sudah mulai membatasi pergerakan barang dari China.
Jadi, jika kran impor tidak dibatasi, bukan tidak mungkin semua produk pertanian akan bergantung dari barang impor, makin banyak petani yang gantung pacul, jual sawah. Itu sudah pasti, hanya masalah waktu saja !