8 Komoditas Pertanian yang Mustinya Jangan Impor

Komoditas Pertanian yang Jangan Impor – Memilikii kekayaan alam yang melimpah ruah, serta mendapat julukan negra agraris atau maritim lantas tidak menjadikan Indonesia tidak impor produk pertanian.

Justru sebaliknya pemerintah Indonesia lebih memilih jalan instan dan praktis untuk memenuhi permintaan dalam negeri dengan jalan impor. Walau sebetulnya beberapa komoditas impor itu sangat bisa dikembangkan di Indonesia sehingga nantinya tak perlu impor lagi.

Bukan tanpa alasan saya katakan demikian, karena alam kita mendukung. Kita bisa tanam komoditas apapun sepanjang tahun, beda dengan negara subtropis yang hanya tanam satu musim saja.

Iseng-iseng jalan-jalan ke web bps.go.id, awalnya pengen tahu komoditas apa saja yang Indonesia masih impor. Dan ternyata WOW..! Banyak komoditi pertanian sudah impor selama bertahun-tahun padahal kita punya banyak sentra produksinya!

Baca juga : Ngeri ! Kondisi Pertanian Indonesia Masa Kini !

Bawang putih (garlic), komoditas impor indonesia

Dari data BPS (Agustus 2017), menurut belajartani.com, ada 8 komoditas pertanian yang mustinya jangan impor antara lain beras, bawang putih, kedelai, kentang, gula pasir, cabai kering, singkong dan garam.

#1. Beras

Masih menjadi sebuah misteri kenapa beras kita masih impor karena kalo kita lihat lahan dan sentra penanaman beras di Indonesia ini sangatlah banyak. Akan tetapi banyak yang berhipotesis (menduga) bahwa ini dikarenakan produktivitas beras per-hektar kita yang belum maksimal sehingga secara global tidak mampu memenuhi kebutuhan beras nasional.

Masih menjadi langganan, Myanmar, Thailand dan Vietnam menjadi negara utama pengimpor beras Indonesia. Kalo dulunya Vietnam belajar tani pada Indonesia tentang budidaya padi, justru sebaliknya kini mereka 1-2 elevel di atas kita.

Rekomendasi :  Wah, Ngeri Juga Ya Kondisi Pertanian Indonesia Saat Ini

#2. Bawang putih

Kalo membaca cerita kejayaan bawang putih Indonesia, dulunya ternyata kita ini pernah swasembada bawang putih sampai tahun 1998. 80% kebutuhan nasional bawang putih bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri.

Sangat berbeda terbalik dengan kondisi sekarng dimana, 97% bawang putih yang beredar di pasaran (kira-kira 400.000 ton atau 8 Trilyun) adalah barang impor. Usut punya usut hancurnya bawang putih nasional terjadi sejak keterlibatan Indonesia di WTO (World Trade Organisation).

Barang impor sebagian besar dari China dan India mulai masuk dan menghancurkan pasar bawang putih lokal sehingga banyak petani yang bangkrut dan berhenti tanam bawang putih. Dampaknya pun bisa dirasakan sampai sekarang bawang putih masih tergantung impor.

#3. Kedelai

Kedelai, merupakan salah satu komoditi yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Tempe, tahu, kecap yang merupakan makanan utama masyarakat dibuat dari kedelai.

Saat ini nilai impor kedelai kita masih sangat besar, tahun 2017 saja kita impor kedelai sebesar 2,5 juta ton atau senilai 1,75 milyar dollar (17,5 trilyun, 1$=10.000) dari Amerika Serikat, Kanada dan Malaysia.

Seandainya kita mampu swasembada sendiri tentu, uang trilyunan tersebut tak perlu lagi keluar dari negara kita dan akan sangat baik sekali jika uang tersebut diberikan kepada petani kedelai lokal agar lebih produktif dan semangat menanam kedelai. Petani lokal untung, bangsa untung..!

#4. Kentang

Kentang merupakan komoditas yang cocok di dataran tinggi. Di Indonesia Banyak lokasi sentra penanaman kentang, namun produksinya belum bisa memenuhi kebutuhan nasional terutama kebutuhan industri makanan seperti keripik dan lain-lain.

Kondisi ini menjadi ancaman bagi petani kentang lokal. Dengan harga kentang impor yang jauh lebih murah, maka akan banyak kentang petani lokal yang tidak laku sehingga akan banyak sekali petani kentang lokal yang berhenti tanam kentang.

Rekomendasi :  6 Faktor Penyebab Banyak Petani Beralih Profesi

Jika ini terjadi justru akan menjadi masalah jangka panjang, bisa-bisa kita akan tergantung sepenuhnya pada impor. Bukan tidak mungkin, suatu saat negara pengekspor kentang seperti Jerman, Kanada, Austaralia, Inggris dan Prancis menaikkan harga tinggi-tinggi. Akan semakin banyak dollar yang keluar, bukan?

#5. Gula pasir

Belum diketahui pasti kenapa gula pasir Indonesia masih saja impor! Kalo kita lihat cukup banyak pabrik gula (PG) swasta maupun BUMN (PTPN) yang beroperasi di Indonesia dengan lahan penanaman tebu ribuan hektar.

Kasus impor gula pasir terkadang terkesan aneh, saat di dalam negeri sedang giling tebu, justru gula impor masuk dengan bebasnya di negeri ini. Apa karena murahnya harga beli dari negara pengekspor menjadi faktor pemerintah (memperindag) melakukan impor, lalu bagaimana nasib petani tebu di dalam negeri?

#6. Cabai kering

Cabai kering merupakan cabai yang telah dikeringkan sehingga lebih awet dan bisa disimpan dalam waktu yang lama. Saat ini pasokan cabai kering impor masih didominasi dari India dan China.

Tingginya permintaan cabai kering dikarenakan mahalnya harga cabai fresh dipasaran lokal yang sempat menembus harga 100.000/kg sementara harga cabai kering impor berkisar 40.000/kg.

Mudahnya menemui cabai kering di pasaran tak lepas dari mekanisme impor cabai kering yang dinilai sangat bebas. Berdasarkan keterangan MENPERINDAG, untuk impor komoditas cabai kering ini tidaklah membutuhkan izin khusus, karena itu siapapun bebas mendatangkan ke Indonesia.

#7. Singkong

Kalo anda pernah hidup di desa, makanan berbahan dasar singkong tentu hampir mudah untuk anda temui. Penyajian singkong termasuk sederhana, hanya dikukus sudah bisa dimakan.

Teknik budidayanya yang mudah, serta lahan penanaman yang sangat luas harusnya membuat Indonesia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, bukan dari impor. Namun begitulah realitanya, saat ini praktis singkong untuk industri dalam negeri seperti kripik atau tepung sebagian besar impor (seluruhnya dari Vietnam).

Rekomendasi :  Teknologi Mina Padi adalah Terbukti Tingkatkan Pendapatan Petani ?

Nilai impor singkong dari Vietnam sebesar 613.200 Dollar Amerika atau setara 8,5 milyar Rupiah. Meski nilainya tak sebesar komoditas lain, namun ini menjadi signal kemunduran. Karena kebutuhan tanaman yang sangat mudah produksinya ini nyatanya harus kita penuhi dengan jalan impor.

#8. Garam

Komoditas terakhir yang bikin miris karena impor adalah garam. Kenapa miris? Bayangkan saja Indonesia terenal sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia..! Sehingga lokasi untuk produksi garam mustinya tak terbatas.

Sebutan negara maritim mustinya membuat malu bagi pemerintah untuk melakukan impor. “Garam produksi lokal kuarang berkualitas” begitu pemerintah sering katakan.

Kalo memang kualitas garam petani lokal masih belum sesuai permintaan industri, ya menjadi tugas pemerintah dong untuk memberikan pembinaan dan pendidikan yang benar bagaimana cara mengelola garam yang baik dan benar…!

Apapun itu alasannya, impor garam sangat membuat malu bangsa Indonesia, kecuali negara kita sama sekali tidak memiliki pantai dan wilayah laut yang luas…!

Baca juga : [Analisa] Menguatnya Dollar Dan Dampaknya Terhadap Sektor Pertanian

Nah sobat BT, itulah 8 komoditas pertanian yang mustinya jangan impor versi belajartani.com. Pada intinya impor tidak salah selama kebutuhan dalan negeri belum terpenuhi oleh produksi dalam negeri.

Namun Impor hanya solusi sementara, di saat yang sama pemerintah harus memperbaiki masalah agar tahun depan, volumenya bisa berkurang. Harapannya semua bisa di penuhi dari dalam negeri.

Dengan sumber daya alam dan manusia yang kita miliki, serta dukungan pemerintah terhadap petani, saya yakin Indonesia bisa menjadi eksportir pangan terbesar di dunia. Aaamiiiin.

Semoga bermanfaat..! jangan lupa bagikan ke saudara, sahabat atau teman anda yang lain ya…! sekian terimakasih^^ . Merdeka..!

Share, jika konten ini bermanfaat !

Artikel Terkait

About the Author: Insan Cita

Insan Cita, founder & owner BelajarTani.com - Alumnus FP - Bekerja di agriculture corp - Hobi ngeblog & berkebun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *