Bisnis Peternakan Kecoak di China – Hallo, Sobat. Apa kabar? Pagi ini apa hidangan sarapan keluarga? Ayam goreng? Ikan gurame? Atau yang lebih berkelas lagi seperti steak?
Berbicara tentang beberapa hewan yang telah menjadi sarapan kawan pagi ini, mungkin beberapa orang dapat mengambil gambaran kehidupan mereka di peternakan.
Terdapat bermacam-macam cara beternak hewan-hewan tersebut, baik yang tradisional maupun yang berteknologi canggih.
Mungkin sobat belajartani.com telah mengetahui beberapa cara beternak hewan di website ini. Baik yang dikatakan tradisional maupun terbilang canggih.
Misalnya budidaya ikan gabus yang juga punya peluang bisnis yang bagus >> Peluang Bisnis Ikan Gabus : Harganya Mahal dan Selalu Dicari Pasar.
Atau budidaya/ternak kambing kacang >> Tips dan Cara Ternak Kambing Kacang untuk Pemula.
Dua contoh di atas mungkin dapat menggambarkan sebagian dari situasi peternakan dalam budidaya hewan konsumsi.
Lalu, bagaimana reaksi sobat ketika ada seseorang yang terkesan berpendidikan, bergelar sarjana atau bahkan lebih tinggi lagi, berbusana rapi menawarkan sobat untuk membudidayakan kecoak dengan janji penghasilan milyaran?
Kemungkinan muncul dalam saya dan sobat pernyataan seperti ini “Ah, Masa sih” atau “Wah penipuan nih” atau “Gelarnya paling beli ke JMR si dosen calo di Jateng tuh, pantesan punya gelar”
Saya jelas setuju dengan pernyataan-pernyataan diatas. Bagaimana bisa? Ingatanku dengan serangga tersebut hanya seputar hal yang 100% bertolak belakang dengan suasana yang romantis.
Serangga yang ditakutkan terbang ke muka. Kaki enamnya yang merayap cepat, sehingga susah ditangkap. Serangga yang tidak diinginkan menjadi seekor raksasa dalam mimpi.
Selain itu, Apa yang bisa diharapkan dari serangga berwarna coklat kehitaman disertai kata “menjijikan” ini. Meme tentang kecoak ikut membangun seteroip tersebut.
Di pencarian akademik, Google scholar, mengawali pencarian kecoak dengan suatu hal terkait pembasmian. WHO bahkan punya buku manual pengendalian hama rumah tersebut.
Sehingga, siapa yang menginginkan kecoak menjadi santapan malam keluarga. Kecoak juga sangat menjijikan, bahkan hampir mustahil ada ide untuk berternak kecoak untuk sumber penghasilan.
Namun, apakah benar begitu? Mungkin kita perlu berpikir ulang sekali lagi. Apalagi jika kita ingin punya penghasilan sebesar 160.000 dollar atau setara dengan Rp 2.240.000.000 per tahunnya.
Mungkin terlihat mustahil, namun itulah penghasilan seorang peternak kecoak di Provinsi Shandong, China. Disana peternakannya, hidup 10 juta kecoak ternak yang itu masih terbilang biasa.
Populasi kecoak ternak di peternakan kecoak terbesar di dunia terhitung mencapai 6 miliar ekor per tahunnya. Peternakan tersebut dimiliki oleh perusahaan obat bernama Gooddoctor Pharmaceutical Group atau GDP.
Bisakah kawan membayangkan, perusahaan obat membudidayakan hama rumah? Namun, memang kecoak salah satu serangga kaya manfaat di Negeri Tirai Bambu ini.
Kecoak dihidangkan sebagai makanan. Masyarakat disana mempercayai kecoak dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Kecoak juga menjadi salah satu bahan pembuatan pasta gigi di sana.

Juga terdapat studi mengenai kecoak dalam beberapa media yang mengatakan, serangga tersebut dapat dikonsumsi dan merupakan sumber protein.
Baik, saya tahu, sebagian sobat belajartani.com mungkin lebih memilih untuk tidak memakan serangga tersebut, meski nyawa menjadi taruhannya.
Baik, saya akan cukupkan di sini dan hanya membahas peternakan kecoak terbesar di dunia yang dimiliki oleh GDP yang berlokasi di Pegunungan Sichuan, kabupaten Xichang.
Melihat Lebih Dekat Peternakan Kecoak Terbesar di Dunia

Peternakan seluas dua lapangan sepak bola ini berisi ribuan rak-rak berongga sebagai tempat hidup kecoak, meski kecoak tersebut juga tersebar di dinding dan di lantai juga.
Jenis kecoak yang dibudidayakan bernama latin Periplaneta Americana atau lebih dikenal dengan nama kecoak Amerika. Kecoak jenis ini merupakan kecoak yang tidak bisa terbang.
Serangga ini dibudidayakan dalam lingkungan yang hangat dan lembab. Suhu ideal untuk pertumbuhan kecoak ialah sekitar 28 – 32 C.
Pakan mereka adalah limbah dapur yang dibentuk menjadi bubur, lalu dialirkan melalui jaringan pipa menuju sel-sel penampungan kecoak.
Sebagai ukuran, satu miliar kecoak membutuhkan pakan dari sampah dapur sebanyak 50 ton dalam sehari.
Mereka dapat hidup bebas di sana namun mereka hidup dalam lingkungan yang tidak mendapatkan sinar matahari sama sekali.
Untuk menjaga agar kecoak tersebut tidak menimbulkan kekacauan di lingkungan sekitar dibuat parit di sekeliling peternakan selebar 1 meter.
Parit tersebut berisi ikan-ikan yang nantinya akan memakan kecoak yang berhasil kabur dari peternakan, mengingat bahwa kecoak tersebut tidak dapat terbang.
Kegiatan budidaya disana tidak dijalankan oleh manusia, melainkan dijalankan oleh kecerdasan buatan atau Artificial Intelegence.
AI tersebut bekerja mengambil data-data di dalam peternakan yang berjumlah 80 jenis data, termasuk data temperatur, pasokan pakan, jumlah konsumsi, serta mutasi genetik.
Siklus kehidupan kecoak ada diantara 6-8 bulan. Kecoak yang sudah mendekati akhir siklusnya akan ditarik oleh hawa panas di salah satu pojok ruangan.
Setelah kecoak-kecoak tersebut terjebak, seketika kecoak tersebut dibunuh menggunakan uap yang sangat panas sampai mereka mati.
Kemudian dicuci lalu dikeringkan, setelah itu dihancurkan serta dikirim ke laboratorium pengekstrak kecoak.

Di dalam laboratorium esktrak kecoak juga disuling. Campuran dari ekstrak tersebut kemudian dimasukkan dalam botol serta setelah itu dilakukan sterilisasi.

Peternakan kecoak tersebut dapat memproduksi ekstrak kecoak sebanyak 60.000 botol per harinya.
Ekstrak tersebut nantinya dikirim ke ribuan rumah sakit dan perusahaan farmasi di China.
Akhir Kata

Sampai disini dulu ya sobat belajartani.com mengenai ulasan bisnis peternakan kecoak di China berteknologikan AI, yang hasilkan milyaran rupiah.
Bagaimana menurut anda, kira-kira bagus tidak prospeknya jika di Indonesia didirikan peternakan kecoak sebagaimana yang ada di China?
Atau jangan-jangan masyarakat ramai-ramai menolaknya? Seperti yang kita ketahui mindset masyarakat Indonesia terhadap kecoak masih tidak berubah, yakni kecoak itu serangga menjijikan serta sumber penyakit.
Namun, perlu diketahui dalam konsep yang lebih luas serangga mungkin dapat menjadi solusi pangan di kemudian hari.
Serangga tidak pilih-pilih makanan, membutuhkan lebih sedikit pakan, serta air untuk dikonsumsi. Sebagian besar dari tubuh serangga aman dikonsumsi.
Hal tersebut berbeda jika dibandingkan dengan hewan ternak, yang mereka lebih pilih-pilih makanan, serta mebutuhkan lebih banyak air.
Jadi, meskipun serangga masih menjadi pilihan ke-sejuta atau bahkan tidak ada, bisa jadi di masa depan merekalah yang ada di atas piring kita.
Setuju dengan artikel ini? Atau merasa jijik? Atau tertarik untuk membudidayakan kecoak? Silahkan komentar di bawah ya!
Kontributor : Hamdan Yusron (Mahasiswa Pertanian Universitas Jember/UNEJ)
Editor : BelajarTani.com