Manipulasi Habitat : Sebuah Teknik Pengendalian Hama Berbasis Agroekosistem

Manipulasi Habitat – Hallo sobat belajartani.com, pertanian sehat adalah salah satu tujuan dari pembangunan berkelanjutan yang tertuang dalam SDGs (Sustainbale Development Goals) 2030 yang dicetuskan oleh PBB.

Pengembangan usaha dalam bidang pertanian seperti di Eropa saat ini lebih mengutamakan kualitas dibandingan dengan kuanititas (produksi hasil). Produk pertanian yang dihasilkan diharuskan bebas dari residu bahan kimia berbahaya dan logam berat.

Seperti yang kita ketahui bersama, budidaya pertanian tidak lepas dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), dan salah satu OPT yang sering menyebabkan kerusakan tanaman adalah hama.

Petani di Indonesia umumnya masih sering menggunakan pestisida sintetis/kimia sebagai solusi utama dalam mengendalikan hama tanaman.

Baca juga : 12 Cara Mengurangi Penggunaan Pestisida Kimia

Berbeda dengan negara-negara maju seperti di Eropa. Pengendalian hama di sana telah berbasis agroekosistem yakni dengan konsep manipulasi habitat (kita singkat MH ya..).

Apa itu MH ?

MH atau manipulasi habitat adalah salah satu upaya rekayasa lingkungan yang dapat mengurangi penggunaan pestisida sintetis/kimia.

MH bertujuan untuk mengundang musuh alami seperti predator dan parasitoid yang bisa mengendalikan hama utama pada tanaman budidaya. Selain itu manipulasi habitat dapat meningkatkan keanekaragaman hayati disuatu ekosistem.

Rekomendasi :  Mengenal Implemen Traktor atau Alat Pertanian Yang Biasa Dipasang Di Traktor (Lengkap Gambar) 

Pengendalian dengan menggunakan musuh alami (natural enemy) sangat efektif serta tidak menimbulkan bahaya baik lingkungan dan kesehatan.

Oleh karenanya banyak petani di negara-negara maju di Eropa saat ini sangat jarang menggunakan pestisida sintetis/kimia.

MH dengan teknik refugia

Adanya tanaman refugia dapat membantu menyediakan inang bagi musuh alami sekaligus predator hama seperti lebah, laba-laba, semut Dolichoderus dan kepik Epilachna (ladybugs) untuk mencari makan bertahan hidup.

Kepik (ladybugs) dan semut predator hama kutu-kutuan (aphids)

Caranya adalah dengan menanam tanaman refugia yang diletakkan di bagian tengah atau di pinggir (sebagai border) dari tanaman budidaya.

Nanti jika ada hama seperti kutu daun, walang sangit atau wereng yang datang ke tanaman budidaya maka akan berhadapan langsung dengan para predator itu.

Tanaman yang masuk kategori  refugia biasanya memiliki warna bunga menarik dan mengeluarkan bau nektar yang khas yang dapat menarik musuh alami hama seperti lebah datang ke sana.

Contoh tanaman refugia antara lain bunga matahari, kenikir, marigold, jagung, kacang panjang, bayam, buncis, bunga kertas zinnia dan lain-lain.

Rekomendasi :  Sektor Pertanian Ditinggalkan Generasi Muda? Ini Nih Solusi Mentan Amran...!
Manipulasi Habitat dengan tanaman refugia yang ditanam di pematang sawah. Sumber: dtph.banjarkab.go.id

Manipulasi habitat dengan dilengkapi tanaman refugia juga memberikan nilai estetika (keindahan) dalam suatu ekosistem. Sehingga memanjakan mata siapa saja yang datang ke lahan pertanian.

Kelebihan dari manipulasi habitat dengan dilengkapi tanaman refugia juga mampu sebagai fito-remediasi dalam mereduksi logam berat dan menstabilkan kesuburuan tanah.

MH dengan teknik refugia berpotensi dikembangkan di Indonesia

Produk hasil pertanian di Eropa telah teruji bebas kadar residu pestisida. Sehingga aman untuk dikonsumsi dan tidak menimbulkan gangguan terhadap kesehatan.

Manipulasi habitat dengan dilengkapi dengan tanaman refugia sangat potensial untuk bisa dikembangkan di Indonesia.

Kondisi saat ini memang mayoritas petani cenderung menggunakan pestisida sintetis sebagai upaya pengendalian. Namun tidak menutup kemungkinan bisa diterapkan dan berhasil untuk dikembangkan sebagai salah satu upaya perlindungan tanaman.

Pelaku pertanian organik pun masih sedikit sekali yang menerapkan manipulasi habitat. Sehingga diperlukan rekomendasi berbasis lokal untuk bisa diterapkan.

Apabila manipulasi habitat berhasil diterapkan di Indonesia, maka Intensitas serangan hama juga akan menurun dan itu artinya biaya pengeluaran untuk pestisida juga akan berkurang.

Rekomendasi :  Di Balik Meningkatnya Produktivitas Lahan, Inilah 5 Dampak Negatif Pertanian Modern yang Tidak Banyak Diketahui Petani

Dari uraian di atas, bisa kita simpulkan ada beberapa kelebihan dari teknik pengendalian hama dengan manipulasi habitat yaitu :

  1. Produk pertanian yang dihasilkan bebas residu kontaminan
  2. Indeks keanekaragaman hayati meningkat
  3. Intensitas serangan hama menurun
  4. Sebagai pemutus siklus gulma
  5. Biaya pembelian pestisida juga berkurang

Dengan banyaknya kelebihan teknik manipulasi habitat seperti yang disebutkan di atas, maka manipulasi habitat bisa menjadi salah satu alternatif bagi petani dalam mengendalikan hama, tidak hanya efektif dan efisien namun juga aman bagi lingkungan dan menghasilkan produk pertanian sehat.

Pengendalian hama tanpa pestisida selain menggunakan teknik musuh alami, teknik refugia, teknik MH, bisa juga dengan penggunaan teknologi trapping (jebakan hama). Anda bisa baca pada artikel berikut ini >> Teknologi Alat Perangkap Hama Wereng Coklat.

Kontributor :  Fariz Kustiawan Alfarisy (Mahasiswa Pertanian Universitas Jember/UNEJ)

Editor : BelajarTani.com

Share, jika konten ini bermanfaat !

Artikel Terkait

About the Author: Insan Cita

Insan Cita, founder & owner BelajarTani.com - Alumnus FP - Bekerja di agriculture corp - Hobi ngeblog & berkebun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *