Biodiesel B100 – Seperti yang kita ketahui, BBM fosil diperkirakan akan semakin langka dalam beberapa tahun ke depan. Dengan langkanya BBM fosil diperkirakan harganya akan semakin mahal.
Kondisi ini mungkin menjadi keuntungan yang besar bagi negara Petrodolar pengekspor minyak seperti Arab Saudi, Amerika Serikat, dan negara anggota OPEC.
Memang sih dulunya Indonesia juga anggota OPEC sebagai salah satu negara berpredikat eksportir minyak. Namun faktanya sekarang terbalik, Indonesia justru konsisten menjadi pengimpor minyak.
Sebagai informasi, kebutuhan BBM kita 1,3 juta barel per hari, sementara produksi dalam negerinya hanya sebesar 680 ribu barel per hari (Data Kementerian ESDM). Oleh karena itu, diperlukan alternatif baru untuk menghadapi masalah tersebut di masa depan.
Baca juga : 4 Jenis Biofuel Untuk Bahan Bakar Alternatif di Masa Depan
Beberapa negara nampak fokus dan serius mencari subtitusi bahan bakar minyak seperti mengembangkan teknologi mobil listrik.
Termasuk Indonesia yang ternyata berhasil menemukan alternatif baru yakni Teknologi Biodesel B100. Tanggal 15 April 2019, menjadi hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia karena pada hari itu Biodiesel B100 sudah berhasil diluncurkan oleh Pemerintah (Kementerian Pertanian).
Menurut laman esdm.go.id, Biodesel adalah bahan bakar nabati (biofuel) untuk aplikasi mesin atau motor diesel yang dihasilkan dari bahan baku hayati dan biomassa lain, yang diproses secara tranesterifikasi.
Sebagai bahan nabati, biodiesel mempunyai keunggulan dibandingkan bahan bakar minyak fosil yaitu ia mudah terurai (degradable), serta mempunyai emisi gas rumah kaca yang lebih rendah disebabkan pembakarannya jauh lebih sempurna.
Sementara menurut Litbangtan, ada banyak sumber bahan baku biodiesel antara lain jagung, kelapa, kedelai, kemiri, kelapa sawit, biji karet dan lain-lain, namun bahan dari kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) lah yang terbaik.
Proses pembuatan Biodiesel dari sawit dilakukan dengan Teknologi Metanolisis yaitu mereaksikan minyak CPO dengan Etanol dibantu katalis basa seperti NaOH dan KOH.
Sebelumnya banyak pihak yang meragukan performa dari Biodiesel B100 ini, namun hasil dari pengujian menunjukkan hasil yang fantastis. Jika 1 liter solar bisa menempuh jarak 10 km, maka dengan Biodiesel B100 bisa menempuh jarak yang lebih jauh yakni 13 km per liter.
Dengan kata lain biodiesel B100 ini 30% jauh lebih efisien dibanding solar. Dari segi kualitas Biodiesel B100 ini bahkan disetarakan dengan PERTADEX.
Tentu ini menjadi sebuah keuntungan karena Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Indonesia bersama Malaysia berpeluang menjadi pemain utama pasar Biodiesel dunia. Indonesia akan menjadi hegemoni dunia pada sektor bioenergi.
Bayangkan jika hal tersebut jadi kenyataan, maka akan banyak sekali keuntungan yang Indonesia dapatkan antara lain :
1. Indonesia tak perlu lagi lagi impor bahan bakar minyak (BBM), karena bahan bakar kendaraan sudah dikonversi dengan bahan bakar diesel. Sehingga ini bisa menghemat devisa, mengurangi devisit neraca perdagangan (untuk impor minyak).
2. Masa depan sektor sawit jauh lebih cerah. Harga akan jauh lebih stabil, petani sawit akan lebih sejahtera.
3. Terwujudnya kemandirian energi karena energi sudah dapat diproduksi sendiri bahkan dieskpor ke banyak negara.
Pemanfaatan Teknologi Biodiesel B100 yang dapat merubah sawit menjadi bahan bakar adalah sebuah keharusan. Mengingat negara saat ini sangat tergantung BBM impor. Ke depan, pemakaiannya pun harus diperluas ke seluruh pelosok nusantara.
Indonesia pasti mampu membangun segala infrastruktur yang dibutuhkan utamanya Reaktor Biodiesel-nya. Ini akan menjadi kontribusi bangsa Indonesia untuk dunia dalam hal penyediaan bioenergi atau bahan bakar rendah emisi, ramah lingkungan dan berkelanjutan.