Jenis Biofuel – Hallo sobat belajartani.com, secara umum komoditas pertanian itu mempunyai 3 peran utama yaitu sebagai pangan, pakan dan energi.
Pangan berarti semua komoditas yang diproduksi sebagai bahan makanan manusia seperti padi, gandum, jagung dan lain-lain. Sementara pakan adalah komoditas yang diproduksi khusus untuk pakan ternak misalnya jagung.
Sedangkan energi, komdoitas pertanian yang diproduksi untuk dijadikan sumber energi baru atau terbarukan (renewable energy) contohnya kelapa sawit, kedelai, jagung dan lain-lain.
Jadi ada beberapa komoditas tanaman yang dapat berfungsi ketiganya yaitu sebagai bahan pangan, pakan maupun sumber energi sekaligus contohnya saja jagung.
Energi yang berasal dari proses pengolahan bahan organik (ekstraksi fermentasi), misalnya dari pengolahan jagung disebut dengan bioenergy atau biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BBN).
Biofuel atau bahan bakar nabati banyak jenisnya. Nah sebelum kita ulas apa saja jenis Biofuel atau Bahan Bakar Nabati (BBN) itu, kita bahas dulu mengapa sebaiknya kita memakai bahan bakar biofuel.
Manfaat Biofuel/Bahan Bakar Nabati (BBN)
- Ramah lingkungan, karena ia terbuat dari bahan organik maka biofuel mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
- Mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) sehingga dapat mengurangi impor, dan sekaligus mencegah deficit neraca perdagangan.
- Bagi Indonesia yang merupakan produsen sawit terbesar nomor 1 di dunia, biofuel dapat meningkatkan nilai tambah kelapa sawit. Selain itu penyerapan sawit juga baik sehingga harga CPO juga kan jadi stabil.
- Yang terpenting adalah sebagai negara merdeka Indonesia memiliki ketahanan energi karena energi bisa diproduksi dalam negeri dan tidak tergantung negara lain.
Berbagai Jenis Biofuel/Bahan Bakar Nabati (BBN)
#1. Bioalkohol/Bioalcohol)
Bioalkohol umumnya diproduksi dari etanol, dibanding propanol atau butanol yang jarang dipakai sebagai bahan baku. Bioetanol dihasilkan melalui proses fermentasi gula atau pati atau selulosa oleh mikroorganisme.
Contoh komoditas pertanian sebagai sumber bioethanol antara lain singkong, jagung, kentang, tebu, padi, sorgum dan lain-lain.
Untuk pemanfaatannya bioethanol digunakan sebagai bahan bakar motor atau mobil yang dicampur dengan bensin pada persentase tertentu. Di Indonesia bioethanol murni dikenal dengan istilah E100.
#2. Biodiesel/Biosolar
Menurut laman esdm.go.id, biodesel adalah bahan bakar nabati (biofuel) untuk aplikasi mesin atau motor diesel yang dihasilkan dari bahan baku hayati dan biomassa lain (berupa ester metil asam lemak/FAME yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani), yang diproses secara tranesterifikasi.
Sementara menurut Litbangtan, ada banyak sumber bahan baku biodiesel antara lain jagung, kelapa, kedelai, kemiri, kelapa sawit, biji karet dan lain-lain, namun bahan dari kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) lah yang terbaik.
Di Indonesia ada banyak jenis dari bahan bakar biodiesel antara lain B20, B30, dan B100. B20 berarti ada 20% biodiesel, dan 80% solar.
Begitu juga dengan B30 yang berarti mengandung 30% biodiesel, 70% solar. Sedangkan B100, komposisinya 100% biodoesel (biodiesel murni).
Dari beberapa jenis bahan bakar biodiesel di atas, Pemerintah melalui Pertamina setidaknya telah menjual biosolar B30 di tiap SPBU sejak Januari 2020.
Baca juga : Biodiesel B100, Masa Depan Energi Indonesia
Sementara untuk B100 yang baru diluncurkan pada tanggal 15 april 2019 itu, ke depan pun sama akan diproduksi secara massal agar dapat didistriusikan ke pelosok nusantara.
Soal biodiesel berbahan sawit ini, perlu diketahui bahwa Indonesia merupakan negara pertama di dunia yang berhasil mengaplikasikan B20, B30 dan B100 yang bahan bakunya dari minyak kelapa sawit. Membanggakan sekali bukan?
Sementara negara adidaya Amerika Serikat baru mulai Mei 2018 menerapkan B20, dan Malaysia baru mengaplikasikan B10 pada tahun 2019.
#3. Minyak Nabati (Vegetable Oil/Bio-Oil)
Minyak nabati berarti minyak yang berasal dari tanaman tertentu. Minyak nabati murni atau kandungannya 100% dikenal dengan istilah 0100.
Produksi minyak nabati umumnya bukan sebagai bahan bakar, namun sebagai bahan penggorengan, pewangi, pelumas, parfum dan berbagi keperluan industri.
Contoh dari minyak nabati antara lain :
- minyak wijen (sesame oil)
- minyak kacang tanah (peanut oil)
- minyak bunga matahari (sunflower oil)
- minyak kedelai (soybean oil)
- minyak jagung (corn oil)
- minyak kelapa (coconut oil)
- minyak sawit (CPO)
- minyak zaitun (olive oil)
- minyak canola (canola oil)
- minyak jarak (Ricinus communis)
Untuk menjadi bahan bakar, minyak nabati perlu diproses menjadi biodiesel terlebih dahulu. Minyak nabati yang telah diubah menjadi biodiesel dikenal dengan green solar/green diesel/green gasoline/green avtur.
Teknologi pengolahan minyak nabati menjadi biodiesel dikenal dengan teknologi Hydrocracking yaitu metode penyulingan yang menggunakan suhu dan tekanan tinggi dengan katalis untuk memecah molekul yang lebih besar menjadi rantai hidrokarbon yang lebih pendek, sehingga bisa digunakan pada mesin diesel.
Teknologi pengolahan minyak nabati sebenarnya sudah lama ada di Indonesia. Contohnya minyak jarak yang sudah banyak diproduksi pada era pendudukan Jepang sebagai bahan bakar alternatif tank dan pesawat tempur milik militer Jepang.
#4. Biogas
Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses anaerobic atau fermentasi dari bahan organik seperti sampah rumah tangga yang degradable (bisa diurai misal buah busuk atau sayur busuk), kotoran hewan atau manusia.
Kandungan utama dari biogas adalah metana. Manfaat dari biogas yakni sebagai bahan bakar kendaraan, bahan bakar rumah tangga (kompor gas), maupun untuk power plant (listrik).
Sementara produk sampingan dari biogas yang kaya unsur hara dapat digunakan sebagai pupuk organik yang baik untuk semua jenis tanaman.
Baca juga : Teknologi Bioplastik : Ubah Singkong Jadi Plastik Ramah Lingkungan
Nah sobat belajartani.com, demikianlah ulasan 4 jenis biofuel yang jadi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dikatakan ramah lingkungan karena bahan bakar dari jenis biofuel ini rendah emisi Gas Rumah Kaca (GRK), sementara dikatakan berkelanjutan karena produksinya dapat terus ditingkatkan seiring dengan kebutuhan.