Indonesia Jadi Pengimpor Beras – Sesuatu yang tak pantas jika dilakukan, tentulah menimbulkan rasa malu. Seperti halnya seorang dewasa akan malu jika dia mengerjakan pekerjaan anak kecil saja tidak bisa.
Hal tersebut mirip dengan negara kita Indonesia, dengan potensi SDA dan SDM-nya yang besar, rasa-rasanya tidaklah pantas jika negara Indonesia menjadi pengimpor beras.
Nah, oleh karena itu, pada artikel kali ini belajartani.com akan memberikan 3 alasan tidak pantasnya Indonesia jadi pengimpor beras.
#1. Nama besar Indonesia di masa lalu
Sejak jaman dulu Indonesia sudah dikenal sebagai negara agraris, bahkan sejak jaman negara nusantara pertama (Sriwijaya) dan nusantara 2 (Majapahit) salah satu pulau di Indonesia dikenal sebagai jawa dwipa yang artinya pulau padi.
Artinya apa sejak zaman dahulu nenek moyang bangsa Indonesia itu sudah dikenal sebagai petani yang hebat. Oleh karenanya selain perdagangan, pertanian pada saat itu menjadi salah satu ruh utama perekonomian nusantara.
Pengalaman bertani selama ratusan tahun tersebut seharusnya menjadi modal sejarah (ingat kata Bung Karno: JASMERAH, JAngan Sekali-kali MElupakan sejaRAH), yang sangat penting bagi generasi millenial bahwa bangsa Indonesia dulunya adalah bangsa produsen (eksportir), bukan konsumen atau importir.
#2. Indonesia mempunyai wilayah daratan yang luas
Merupakan sebuah fakta bahwa Indonesia mempunyai wilayah daratan yang luas dengan gugusan ribuan pulau dari kecil, besar hingga pulau raksasa yang membentuk kepulauan nusantara.
Maka dari itu, potensi lahan yang dimiliki Indonesia bukan main besarnya. Dari jumlah lahan yang saat ini digarap dengan yang belum digarap masih sangat besar yang belum digarap.
Indonesia jika dilihat dari Google Maps, masih sangatlah hijau, jika dibandingkan dengan negara-negara industri di Eropa dan Amerika.
Pulau jawa pun sebenarnya juga masih cukup hijau warnanya jika dilihat dari Google Maps, dibandingkan dengan titik pemukiman penduduk.
#3. Anugerah sumberdaya alam yang mendukung
Indonesia termasuk negara dalam zona iklim tropis dimana matahari bisa menyinari wilayah Indonesia sepanjang tahun. Sehingga sebagian besar wilayah di Indonesia dapat sepanjang tahun tanam padi (dengan syarat sumber air tersedia).
Bandingkan dengan negara lain seperti Thailand atau Jepang yang menurut informasi teman yang pernah studi banding kesana, hanya bisa tanam padi hanya sekali saja dalam satu tahun.
Dari sisi tanah, karena Indonesia memiliki banyak gunung berapi maka tanah di Indonesia sangat baik untuk pertanian. Tanah pertanian di Indonesia tingkat kesuburannya selalu diperbaiki/recovery (karena adanya erupsi material vulkanis dari gunung berapi).
Dari sisi air, sebagian besar wilayah Indonesia sudah beririgasi teknis sehingga volume air dapat diatur sebagaimana kebutuhan lahan secara efektif dan efisien.
Kesimpulan
3 alasan kenapa tidak pantas bagi Indonesia jadi negara pengimpor beras di atas bukanlah opini, tapi benar-benar fakta. Tapi sayang, faktanya saat ini negara kita masih sering mengimpor beras dari negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand. Padahal dulunya Vietnam itu belajar tani padinya ya sama Indonesia, tapi kini keadaannya terbalik.
Impor seringkali dijadikan senjata instan untuk mengatasi kekurangan cadangan pangan di dalam negeri. Jika sifatnya sementara karena darurat sih tidak masalah, sambil memperbaiki masalah produksi di dalam negeri.
Jika itu selalu dilakukan setiap tahun maka itu akan mengancam masa depan petani padi lokal, karena padi hasil petani lokal kalah dengan padi impor yang harganya jauh lebih murah.
Selain petani lokal yang dirugikan akibat impor, pihak pemerintah juga akan mengalami kerugian yaitu kehilangan cadangan devisa berupa dollar Amerika, akibatnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar bisa melemah.
Jadi kesimpulannnya, jika melihat alasan-alasan di atas, maka pertanyaan “pantaskah jika Indonesia impor beras?”. Bisa kita jawab dengan tegas: “tidak pantas dan memalukan…!”.
Oleh karenanya sobat BT, 3 alasan tersebut harus menjadi motivasi bagi kita semua, generasi millenial Indonesia untuk bangkit dan mengejar ketertinggalan kita dari negara lain baik dari segi teknologi pertaniannya maupun dari segi produktivitas panennya.
Kita semua berharap agar negara kita dapat berdikari dan berdaulat pangan, sehingga kita tidak tergantung negara lain. Jika hasil panen petani lokal terserap (dengan harga yang menguntungkan tentunya), maka kesejahteraan petani Indonesia akan dapat tercapai.
Bagaimana menurut anda sobat BT ?