Pengaturan Jadwal Tanam Cabai – Cabai adalah salah satu tanaman favorit petani horti di seluruh nusantara Indonesia. Setiap orang yang mengaku petani setidaknya pernah menanam tanaman cabai, baik itu tahap percobaan atau trial di lahan sempit atau dalam skala luas.
Fenomena banyaknya petani cabai yang menanam dalam skala luas pada saat bersamaan, nyatanya menimbulkan masalah baru namun klasik, yaitu meningkatnya supply barang dan menyebabkan anjlok/jatuhnya harga cabai.
Padahal biaya yang dikeluarkan sudah sangat besar, seperti tenaga kerja dan saprodi. Akibatnya banyak petani yang mengaku bangkrut, akibat pendapatan tak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Tak sampai disitu, beberapa petani ada yang gambling, ambil hutang di perbankan. Dengan harapan nantinya bisa membayar pokok dan bunganya saat panen nanti. Apa daya saat panen justru harga anjlok/jatuh dan utang pun tak terbayar. Miris sekali.
Dari kejadian di atas, sepertinya ada yang salah dengan sistem tanam horti termasuk cabai di Indonesia ini. Apalagi kejadiaan tersebut selalu terulang dari tahun ke tahun. Kita selalu masuk ke lubang yang sama setiap tahunnya.
Pada artikel sebelumnya pernah saya katakan bahwa pada kondisi panen raya maupun gagal panen, saya katakan tetaplah petani yang dirugikan. Dan hipotesis tersebut tak dapat dibantah.
Lihat saja saat gagal panen akibat serangan hama penyakit misalnya, petani rugi karena biaya besar sudah dikeluarkan sementara tanaman gagal panen.
Saat tanaman bagus dan panen, petani juga dirugikan karena banyak hasil panen yang tidak terserap pasar (karena tidak dipanen) akhirnya membusuk dan tak termanfaatkan, terkadang dibuang.
Kesimpulannnya adalah……harga tergantung dari supply (persediaan) barang. Kalo barang banyak maka harga jatuh atau sebaliknya. Nah gimana caranya agar harga stabil? Agar harga stabil perlu dijaga keseimbangan antara kebutuhan dan supply.
Perlunya pengaturan jadwal tanam
Pemerintah beserta Kementan, pasti tau berapa permintaan atau kebutuhan cabai tiap tahun, tiap bulan dan tiap harinya. Dan Pemerintah juga tau daerah mana yang selama ini menjadi sentra cabai.
Dengan mengetahui jumlah kebutuhan dan jumlah pasokannya semestinya bisa diarahkan kepada titik keseimbangan. Kaloupun terjadi simpangan tidaklah terlalu jauh.
Agar tidak seperti sekarang, terkadang barang langka/stok cabai menurun sehingga harga melambung, terkadang barang over dan harga anjlok/jatuh.
Jadi setelah Pemerintah tau kebutuhan cabai (target produksi) baik untuk pasar cabai segar atau untuk industri, Pemerintah perlu menyusun jadwal tanam cabai selama setahun tersebut, beserta di wilayah mana akan ditanam.
Begitu pula dengan komoditas horti lain yang tingkat fluktuasinya begitu mengerikan. Jadi untuk komoditas cabai ini menurut saya perlu diatur penanamannya seperti yang saya uraikan di atas.
Karena kalau tidak, kondisi mengambang, penuh ketidakpastian dan tak terkendali seperti ini akan terus menyebabkan polemik di tingkat petani.
Entah yang seperti ini pernah dilakukan oleh Pemerintah apa belum, sementara di luar negeri di Thailand misalnya disana terdapat pengaturan tanam, wilayah mana yang perlu tanam beserta target tanamnya berapa. Jadi bisa presisi antara kebutuhan/permintaan dengan penanaman.
Bagaimana menurut anda sobat BT? Perlukah pengaturan tanam cabai secara nasional oleh Pemerintah/Kementan beserta eselon dibawahnya (Dinas Pertanian)?
Atau tidak perlu, biarlah begini saja…! Nanti apa kata rejeki saja. Kalou nanti rejeki ya waktu panen dapat harga tinggi, kalo harga jatuh ya berarti belum rejeki saja. Gitu aja kok repot hahhahha
Tentu kita berharap kebijakan yang terbaiklah yang diambil Pemerintah. Terutama saat di dalam negeri petani panen raya, Pemerintah jangan melakukan import seperti kasus impor pada tahun sebelumnya.
Apapun itu komoditas yang ditanam di dalam negeri sebisa mungkin terserap, dan jangan sampai import. Agar tidak seperti kasus bawang putih dan kedelai yang saat ini kita tergantung import.
Sementara dulunya Indonesia pernah punya sentra petani bawang putih dan kedelai yang karena terus merugi (akibat kalah dengan barang import) kemudian beralih ke komoditas lain.
Baca juga : 8 Komoditas Pertanian yang Mustinya Tak Perlu Impor
Ini perlu direnungkan dalam-dalam, dan harapannya bisa terwujud suatu saat nanti. Agar kesejahteraan petani Indonesia sejajar dengan petani negara lain. Semoga…Aamiiin.