Aquaponik Di Gurun Mesir – Dahulu kala sebelum teknologi pertanian berkembang dan maju seperti saat ini, mungkin tak ada yang membayangkan bahwa di wilayah gurun bisa jadi sentra produksi pertanian.
Mendengar kata gurun bayangin kita tertuju pada suatu pengertian “sebuah tanah kering dan minim air”. Ya tak hanya minim air, di gurun bahkan tidak ada air.
Karena keterbatasan air itulah maka di gurun hanya beberapa tanaman seperti kaktus dan kurma saja yang kita ketahui sanggup bertahan di sana.
Namun dengan sentuhan teknologi, wilayah gurun yang awalnya dianggap tidak mungkin untuk produksi pertanian, kini bisa disulap menjadi menjadi sebuah sentra produksi.
Hal itulah yang terjadi di salah satu wilayah gurun, di negara Mesir. Mesir adalah sebuah negara yang terkenal dengan Piramid, Sphins dan sungai Nil-nya.
Negara yang juga dikenal sebagai asal dari ikan Nila itu, memang sebagian besar wilayahnya adalah bagian dari gurun Sahara (gurun terluas di Afrika dan dunia).
Mayoritas penduduk Mesir menetap di daerah aliran sungai Nil yang sangat subur. Dari sanalah sektor pertanian tumbuh berkembang menjadi salah satu penopang utama ekonomi Mesir.
Ada banyak komoditas pertanian unggulan yang diproduksi di Mesir seperti kapas, tebu, gandum, padi, jagung, tomat, bawang, shorgum, zaitun dan kurma.
Seperti negara lain, Mesir mengalami tantangan dan masalah yang sama yaitu masalah pertumbuhan populasi penduduk.
Sementara lahan subur untuk pertanian-nya terbatas untuk dapat memenuhi kebutuhan penduduknya yang kini telah mencapai angka 100 juta populasi.
Baca juga : 3 Tantangan Utama Yang Dihadapi Sektor Pertanian Di Dunia
Oleh karenanya, petani disana mulai mengembangkan sistem pertanian gurun yang berbasis teknologi, agar dapat mendorong peningkatan hasil produksi di tengah kondisi air dan lahan subur terbatas.
Maka kemudian lahirlah Bustan Aquaponics. Dikutip dari laman hortidaily, Bustan Aquaponics merupakan perusahaan pertanian komersial pertama dan satu-satunya yang didirikan di Mesir pada tahun 2011, tepatnya terletak di sebelah barat Kota Kairo.
Sebagaiamana nama-nya, perusahaan pertanian tersebut mengembangkan teknologi aquaponik untuk memproduksi sayuran dan ikan yang bebas pestisida, dengan penggunaan sumber daya air 90% lebih sedikit daripada pertanian konvensional (pertanian di tanah).
Teknologi aquaponik saat ini sudah menjadi sebuah trend di berbagai negara maju (Jepang, Singapura, Amerika Serikat misalnya) karena selain bebas pestisida dan hemat penggunaan air, juga mempunyai mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
#1. Kemampuan sistem atau teknologi tersebut menghasilkan ikan dan sayur tanpa memerlukan lahan pertanian yang subur.
Dan tentunya bisa dilakukan kapan pun dan di manapun seperti di perkotaan (urban farming), di dalam gedung (indoor farming), di daerah ekstrim seperti di wilayah gurun atau di daerah yang tanahnya mengalami kerusakan.
#2. Teknologi aquaponics juga menghemat penggunaan pupuk. Pupuk tanaman didapatkan dari kotoran ikan yang semula berupa amonia beracun kemudian mengalami siklus nitrifikasi diubah menjadi nitrat (NO3) yang dapat diserap langsung tanaman.
#3. Penggunaan teknologi aquaponics pada umumnya tidak menggunakan pestisida kimia, sebagai gantinya menggunakan pestisida nabati. Ada juga yang menggunakan teknologi trapping dan penggunaan musuh alami seperti pelepasan kepik.
Karena teknologi aquaponics bebas dari penggunaan pestisida kimia, maka hasilnya adalah produk pertanian sehat, berkualitas tinggi sehingga berpengaruh juga pada harga jualnya yang tinggi.
Baca juga : Seperti Inilah Teknologi Pertanian Indoor (Pertanian Dalam Gedung) di Jepang
Kembali ke Bustan Aquaponics, sebagaimana dikatakan oleh pendirinya Faris Farrag bahwa perusahaan pertanian tersebut tak hanya sekedar mengenalkan bagaimana cara menanam sayur (tanpa tanah) sekaligus memanen ikan dengan sistem terpadu.
Namun di balik itu ada visi jangka panjang bagaimana membangun sistem pertanian yang terkontrol (airnya, hamanya, nutrisinya), berkelanjutan (untuk jangka panjang), mandiri (dapat diproduksi di dalam negeri) serta mampu mengatasi masalah pertanian yang dihadapi oleh daerah gurun dengan segala keterbatasan-nya.
Dengan lahan operasional seluas 3000 meter persegi, berbagai jenis komoditas tanaman dikembangkan antara lain seledri, selada, pak choi, kale, bayam.
Sedangkan jenis ikan yang dikembangkan adalah ikan Nila Tilapia yang sudah dapat dipanen di usia 4-6 bulan dengan kisaran berat 700-1250 gram (tergantung permintaan pasar).
Menurut situs resminya, Bustan Aquaponics setidaknya mampu menghasilkan 70 ton sayuran per tahun dan 25 ton ikan per tahun-nya. Produk tersebut dijual secara online melalui internet dan offline ke berbagai toko dan supermarket, serta restoral lokal di Mesir.
Sejauh ini, Bustan Aquaponics tak hanya produksi namun juga berspresialisasi dalam solusi pertanian gurun dengan menyediakan jasa konsultasi pertanian aquaponik di seluruh daratan Timur Tengah (Midle East).
Untuk dapat meningkatkan skala produksinya (ikan dan sayur sehat), Bustan Aquaponics berencana untuk memperluas skala bisnisnya hingga beberapa kali dari yang sudah ada saat ini.
Kesimpulannya adalah teknologi aquaponics tersebut sangat cocok untuk terus dikembangkan di negara-negara yang ketersediaan air dan lahan subur-nya terbatas (seperti di Afrika dan Timur Tengah).
Baca juga : Dengan Teknologi Irigasi Poros Tengah, Gurun Disulap Jadi Produktif
Agar harga produk output-nya turun dan terjangkau, skala produksi dengan sistem aquaponik perlu dikembangkan lagi agar lebih besar.
Memang untuk membangun aquaponics farming berskala komersial pada awalnya membutuhkan investasi dan modal yang besar, namun apa dikeluarkan di awal akan terbayar setelah sistem tersebut berjalan efektif dan efisien.
Nah sobat tani, gimana menurut anda terkait pertanian gurun seperti di atas?