Insektisida Golongan Neonicotinoid – Sobat BT, pada postingan kali ini kita akan bahas tentang insektisida golongan neonicotinoid, sebagaimana judul, Mengenal Insektisida Golongan Neonicotinoid. Antara lain tentang apa itu insektisida golongan neonicotinoid, bagaimana cara kerja, cara aplikasinya dan lain-lain.
Nah, meski neonicotinoid terbilang cukup baru, namun bahan aktif dari golongan ini sudah sangat familiar di kalangan insan tani Indonesia bahkan dunia. Siapa yang tidak kenal imidakloprid, asetamiprid atau tiametoksam? Pasti sobat BT sudah sangat sering mendengar bahkan menggunakannya kan…??!
Sejarah Neonicotinoids
Neonicotinoid pertama kali didaftarkan oleh US-EPA (United States Environmental Protection Agency) pada 1990-an. Neonicotinoid secara kimiawi dekat dengan zat kimia nikotin. Cara kerjanya pun hampir sama yakni bekerja pada sistem saraf serangga (Sumber: Vermont Agency of Agriculture, 2015).
Bahan aktif (active ingredient) yang tergolong neonicotinoids dan terdaftar antara lain meliputi imidacloprid (imidakloprid), thiamethoxam (tiametoksam), clothianidin (klotianidin), dinotefuran (dinotefuran), acetamiprid (asetamiprid), thiacloprid (tiakloprid) dan lain-lain.
Imidakloprid adalah bahan aktif pertama yang dipasarkan dan paling populer. Aplikasi Imidacloprid pada umumnya dengan penyemprotan, namun akan lebih efektif jika diaplikasikan pada tanah (khususnya pada hama penghisap).
Cara Kerja Neonicotinoids
Insektisida golongan neonicotinoid bekerja secara sistemik, yakni mengganggu sistem kerja saraf pusat dari serangga hama. Efek yang ditimbulkan bisa menyebabkan kerusakan saraf akut, kelumpuhan bahkan kematian.
Setelah dilakukan aplikasi, bahan aktif insektisida akan masuk ke dalam jaringan tanaman, baik itu akar, daun ataupun bagian tanaman lain sehingga mengandung bahan aktif tersebut.
Jadi, cukup efektif untuk mengendalikan hama serangga tipe penghisap seperti kutu daun, yang biasanya menghisap bagian daun yang masih muda.
Toksisitas Neonicotinoids
Neonicotinoids kurang beracun untuk mamalia dan burung dan dikembangkan untuk menggantikan organofosfat dan zat kimia insektisida lainnya yang lebih beracun (toksisitasnya tinggi). Oleh EPA, neonicotinoid dikategorikan dalam kelas 2 dan 3 dalam hal tingkat toksisitasnya dan diberi label “peringatan” (Sumber: Vermont Agency of Agriculture, 2015).
Data toksisitas mamalia yang paling banyak didapat dari neonicotinoids adalah imidacloprid. Data ini menunjukkan bahwa zat ini kurang beracun bila diserap oleh kulit atau bila terhirup dibandingkan jika tertelan. Pada kulit pun diketahui tidak menimbulkan iritasi (Sumber: Vermont Agency of Agriculture, 2015).
EPA mengkategorikan imidakloprid sebagai kelompok E (tidak ada bukti karsinogenisitas). Pada hewan dan manusia, imidacloprid dengan cepat dan hampir sepenuhnya diserap oleh saluran pencernaan, dan dieliminasi (dibuang) melalui urine dan kotoran dalam waktu 48 jam (Sumber: Vermont Agency of Agriculture, 2015).
Aplikasi Neonicotinoids
Insektisida bahan aktif neonicotinoid, seperti yang kita ketahui umumnya disemprotkan (spray). Namun berdasarkan tingkat kelarutannya, insektisida ini akan jauh lebih efektif jika diaplikasikan melalui tanah (akar).
Aplikasi insektisida melalui tanah, mengurangi resiko kematian serangga lain (karena terpapar) yang bermanfaat bagi tanaman seperti lebah penyerbuk. Imidacloprid, clothianidin, dinotefuran, thiamethoxam dianggap oleh US-EPA sangat beracun bagi lebah madu. Semuanya memiliki LD50 dimana tergolong kategori sangat beracun (Sumber: Vermont Agency of Agriculture, 2015).
Jadi, perlu langkah nyata untuk mengurangi dampak dari aplikasi insektisida neonicotinoid ini. Hindari sekecil mungkin dampak yang berpotensi timbul dengan cara aplikasi insektisida yang tepat, tepat waktu dan tepat teknik.
Tepat waktu dilakukan pada saat populasi lebah tidak sedang berkumpul, misalnya pada sore hari. Tepat teknik disini bisa aplikasi melalui tanah sehingga mengurangi potensi lebah yang terkena paparan spray. Serta mengkampanyekan penggunaan pestisida nabati/organik yang lebih ramah lingkungan.
Baca juga :
- 3 Prinsip dalam Mencampur (Mixing) Pestisida yang Tepat
- 30 Fakta Bahan Aktif Abamektin (Abamectin)
- 66 Daftar Merk Insektisida Berbahan Aktif Abamektin
Demikian semoga bermanfaat ya…sekian dan terimakasih ^^