Sistem Tanam Vertical Farming – Hallo sobat BT, kali ini kita akan mengulas tentang sistem tanam vertikal farming atau pertanian vertikal yang biasanya lebih dikenal dengan vertikultur (singkatan dari vertical agriculture), salah satu teknik pertanian perkotaan (urban farming/home gardening) yang saat ini lagi banyak digandrungi oleh berbagai kalangan.
Yap, vertikal farming saat ini ditengah pandemic covid19 menjadi semacam tren baru bagi masyarakat. Peminatnya tidaklah hanya orang tua namun anak muda juga banyak tertarik menanam dengan teknik vertikal farming.
Menurut analisa saya, ada beberapa faktor mengapa vertikal farming ini jadi tren dan viral di masyarakat. Pertama, siapapun dan dimanapun bisa menjadi petani, tanpa turun langsung ke ke sawah atau ladang sehingga tanpa perlu kotor dan kepanasan.
Kedua, vertical farming ini sangat cocok untuk masyarakat perkotaan yang ingin bercocok tanam namun tidak mempunyai lahan yang luas atau bahkan tidak mempunyai lahan sama sekali.
Baca juga : Menjadi Petani Tak Harus Kotor Dan Kumuh, Kan? Begini Caranya….
Walau begitu tidak semua pertanian perkotaan (urban farming) yang menggunakan teknik vertikal farming, ada juga yang masih menggunakan cara konvensional yang menanam sayur di polibag atau pot.
Ketiga, sebagai salah satu alternatif cara untuk mengisi waktu luang di rumah, saat work from home. Dengan bertani vertikal farming paling tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga sehingga dapat menghemat pengeluaran.
Nah, sebagai upaya untuk menjaga ketahanan pangan nasional, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian juga sudah mendukung program tersebut lewat berbagai media social agar masyarakat Indonesia membuat vertical farming di halaman rumah mereka.
Verical Farming merupakan proses bercocok tanam dengan susunan ke atas atau vertical. Hal yang perlu diperhatikan adalah pencahayaan, jangan sampai susunan paling bawah tidak mendapatkan sinar matahari yang cukup.
Vertical farming ini bisa diterapkan pada indoor (dalam ruangan) ataupun outdoor (di luar ruangan misal di halaman rumah, di balkon, ataupun di pekarangan.
Untuk Vertical Farming indoor membutuhkan teknologi yang lebih canggih contohnya pencahayaan melalui LED, kemudian teknologi untuk mengatur suhu dan kelembaman.
Vertical indoor sudah diterapkan di beberapa negara contohnya Jepang. Indonesia masih sedikit yang menerapkan karena membutuhkan modal yang tinggi untuk memperoleh teknologi tersebut.
Baca juga : Urban Farming : Siapapun Dimanapun Bisa Jadi Petani
Alternatif lainnya yaitu vertical farming outdoor. Modal yang dikeluarkan pun sedikit jadi cocok untuk anda yang pemula yang ingin bercocok tanam di perkotaan dengan lahan sempit.
Agar hasil vertical farming outdoor lebih maksimal, bisa memanfaatkan rumah kaca. Rumah kaca ini juga tidak diwajibkan.
Ada beberapa metode vertical farming outdoor yang dapat digunakan yaitu sistem hidroponik, aquaponic atau aeroponic.
#1. Vertical Farming dengan Sistem Hidroponik
Hidroponik yang dimaksud hampir sama pada umumnya dari prosesnya sampai nutrisi. Pembedanya yaitu pola susunannya, biasanya susunannya memanjang tetapi ini bertingkat keatas.
Jika ingin menggunakan sistem hidroponik, perhatikan jarak antara atas dan bawahnya. Agar nanti saat telah telah tumbuh, tanaman bawahnya tidak mengenai atau tertabrak oleh tanaman atas.
Hal yang sangat diperhatikan yaitu posisi letak cahaya matahari. Usahakan seluruh tanaman tersebut mengenai sinar matahari secara sama rata. Susunan seperti ini sangat direkomendasi kan. Mengapa?
Karena susunan tanamannya melingkar keatas atau mengelilingi paralon yang nantinya semua tanaman akan mendapatkan sinar matahari yang sama rata kemudian penggunaan lahan nya pun tidak makan tempat.
#2. Vertical Farming dengan Sistem Aquaponic
Sistem kedua yaitu aquaponic. Sistem ini masih banyak yang belum mengetahui dan masih menganggap bahwa aquaponic hanyalah untuk pedesaan yang mempunyai danau atau empang.
Aquaponik merupakan kombinasi antara hidroponik dengan budidaya perikanan. System aquaponic terjadi symbiosis mutualisme dimana tanaman atau sayuran dan ikan saling membutuhkan dan menguntungkan.
Ikan merupakan kunci dari aquaponic, ikan yang digunakan berjenis air tawar seperti nila, gurami, mas, tambakan dan lele. Dalam satu kolam bisa hidup berbeda jenis ikan asal beda pangannya agar nantinya tidak rebutan.
Tips untuk petani muda yang mempunyai lahan sempit, Anda bisa memanfaatkan ikan hias aquarium atau kolam hias yang berisi ikan koi (jika mempunyai). Tanaman tersebut tetap bisa numbuh, tetapi hasil panennya tidak akan serindang seperti menggunakan ikan air tawar
Hasil rasa dari panennya pun tetap sama seperti pada umumnya dan dengan memanfatkan aquarium atau kolam akan menambahkan nilai estetika. Selain itu, secara tidak sadar kita sudah mengurangi limbah rumah tangga.
Tips jika ingin lebih sederhana lagi. Anda bisa membeli anak lele 25 biji, harga pasaran sekitaran 5-10 ribu tergantung ukuran kemudian membeli drum ember plastic.
Peliharalah lele dulu sampai agak besar kemudian pinggiran drum ember tersebut didberi gelas plastic yang dililiti kawat. Altrnatif terakhir paling simple dengan modal yang sedikit.
#3. Vertical Farming dengan Sistem Aeroponic
Sistem terakhir ini yaitu aeroponic dimana media tanam nya berupa kabut. Kabutnya berasal dari semprotan air nutrisi ke akar tanaman.
Contoh susunan keatas pada sistem aeroponic. Jadi, setiap baris akan diberikan system irigasi sprinkle yang nantinya akan nyala selama masa panen.
Kualiatas panen tertinggi yaitu menggunakan sistem aeroponic dibandingkan sistem yang lain. Namun, alat dan bahan yang digunakan memerlukan biaya yang cukup mahal.
Nah sobat BT, itulah ketiga sistem tanam vertical farming yang bisa anda terapkan.
Sistem tersebut cukup mudah digunakan. Alat dan bahannya sudah banyak dijual di online shop. Namun, lebih baik jika anda membuat sendiri.
Alternatif lain jika anda masih belum memiliki uang yang cukup, anda bisa membuat vertikal farming (vertikultur) secara konvensional. Karena ketiga sistem vertikal farming di atas kesemuanya masih menggunakan pompa listrik untuk mendorong aliran air.
Vertikal farming (vertikultur) secara konvensional misalnya menggunakan botol bekas air mineral yang disusun bertingkat ditempatkan pada pagar halaman, atau dinding rumah.
Atau bisa menggunakan paralon yang sistemnya mirip dengan hidroponik namun untuk air dan pupukya dilakukan secara manual. Bisa juga menggunakan polibag yang kemudian diletakkan pada rak-rak yang terbuat dari bambu.
Selain itu sebenarnya masih banyak cara yang lainnya. Pada prinsipnya media apapun dapat digunakan, yang penting tanaman bisa tumbuh.
Jadi, jangan malas untuk bertani karena walaupun anda tinggal di kota dan sekalipun anda tidak punya lahan, anda masih bisa bertani. Tinggal bagaimana kreativitasmu saja..hehe.