Teknologi Lampu LED – Bukan tanpa alasan, mengapa di negara sub-tropis macam Jepang, atau Belanda popular menggunakan sistem indoor farming.
Berbeda dengan di negara tropis seperti Indonesia dimana jumlah siang malam harinya sama (sama-sama 12 jam), di negara subtropis jauh sekali berbeda.
Di negara subtropis anda akan menjumpai siang hari disana jauh lebih singkat dibanding malam harinya.
Oleh karena itu diperlukan sinar matahari buatan yang mampu membantu produksi tanaman, meski matahari tak nampak di atas langit mereka.
Sistem pertanian yang digunakan adalah pertanian dalam ruangan (indoor farming).
Sebelumnya sudah dibahas tentang indoor farming, seperti Aeroponik di AeroFarms Amerika Serikat dan hidroponik dan penanaman padi dalam gedung di Jepang.
Kesemuanya itu memiliki kesamaan teknologi yaitu menggunakan system hidroponik (tanpa tanah) dan turunannya seperti Aeroponik, berada dalam Gedung dengan bantuan teknologi IoT, AI, sensor dan yang tak kalah penting adalah teknologi lampu LED.
Manfaat Teknologi Lampu LED
Sebenarnya ada beragam jenis lampu yang bisa digunakan, namun kenapa teknologi lampu LED yang digunakan? Jawabannya adalah LED lebih efisien di energi dibanding jenis lampu lain.
Jika lampu bohlam hanya mampu mengubah energi listrik menjadi 40% cahaya, 60% panas, atau lampu neon yang merupakan kebalikan dari bohlam, maka LED mampu mengubah energi listrik menjadi 95% cahaya, dan sisanya 5% menjadi panas.
Dengan banyaknya cahaya yang LED hasilkan, maka kondisi tanaman dalam gedung seakan tak jauh beda dengan tanaman yang terpapar langsung sinar matahari.
Jenis warna cahaya LED yang cocok digunakan
Cahaya matahari yang terlihat bewarna putih jika didispersikan (diurai) akan menghasilkan berbagai jenis variasi warna.
Variasi warna yaitu kita kenal dengan warna pelangi (me ji ku hi bi ni u). untuk diketahui bahwa masing-masing warna cahaya itu memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda.
Dan hanya beberapa jenis warna cahaya saja yang sangat signifikan bermanfaat membantu proses fotosintesis. Oleh karena itu warna cahaya tersebut lah yang digunakan pada indoor hidroponik dalam bentuk LED.
Warna cahaya yang digunakan dalam indoor hidroponik yaitu :
- Merah dan jingga (panjang gelombang 600-760 nm) : berperan dalam pemecahan air menjadi gas hydrogen dan oksigen serta membentuk energi tinggi berupa ATP.
- Biru dan ungu (panjang gelombang 400-500 nm) : berperan dalam pembentukan protein yang bahan penyusunnya adalah ATP.
Dalam praktiknya, lampu LED merah dan biru biasanya digunakan bersamaan dengan perbandingan 60% LED merah dan 40% LED biru.
Dibanding dengan lampu neon yang bisa menghasilkan daya listrik hanya 40-50 watt, lampu LED hanya di sekitar 10-an watt. 400% jauh lebih hemat bukan?
Sementara lampu bohlam jangan ditanya lagi, daya yang dihabiskan bisa 10 kali lipat lampu LED.
Baca juga : Mengenal Teknologi-teknologi Canggih Di Era Pertanian 4.0
Nah sobat BT, demikianlah uraian singkat mengenai manfaat teknologi LED yang bisa membantu pertanian indoor (indoor farming).
Jika lahan pertanian subur sudah banyak berkurang (khususnya di kota besar), maka indoor farming bisa jadi solusinya.
Dengan teknologi LED tadi pertanian bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Sepanjang tahun tanpa mengenal musim dan iklim.
Seperti yang diketahui indoor farming dengan bantuan teknologi LED sudah banyak menghasilkan berbagai jenis komoditas sayuran seperti selada, sawi, cabai, tomat, bahkan di Jepang padi pun sudah ditanam dalam gedung.
Tentu tak menutup kemungkinan ke depan akan semakin banyak jenis tanaman yang diproduksi dalam ruangan bahkan dalam gedung-gedung pencakar langit (skyscrapers).