Kenapa Buah Impor Murah – Berbicara buah-buahan, Indonesia adalah satu juarannya. Faktor alam yang subur menjadikan hampir semua jenis buah-buahan bisa tumbuh subur di Indonesia.
Tak hanya buah-buahan iklim tropis, seperti durian, mangga, namun buah-buahan khas iklim subtropis pun bisa tumbuh di Indonesia, apel dan pir misalnya.
Indonesia yang mempunyai jumlah penduduk yang besar, disertai fakta bahwa konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia juga cukup tinggi, menjadikan Indonesia sebagai pasar buah-buahan yang potensi.
Dan fakta juga bahwa akhir dekade ini, pasar buah Indonesia kebanjiran buah impor dari berbagai negara. Anda bisa lihat, begitu mudahnya menemui buah-buah impor bahkan di pasar buah tradisional.
Buah impor dari segi harga jauh lebih murah dibandingkan buah lokal. Walaupun sebetulnya kualitas buah impor masih di bawah buah lokal.

Contohnya harga jeruk keprok di pasar Kramat Jati bulan Oktober 2018 ini (hargabulanini.com), harga jeruk lokal siam Bali harganya 17.000 sedangkan harga jeruk Santang dari China harganya 14.500/kg.
Perilaku masyarakat yang lebih memilih buah impor adalah sah-sah saja. Karena itu adalah hak asasi mereka. Mau beli buah impor atau lokal itu suka-suka mereka, toh itu uang-uang mereka.
Namun, perlu anda ketahui bahwa fenomena ini sangat berbahaya bagi masa depan petani buah lokal Indonesia. Kenapa?
Jawabannya sederhana saja. Situasi ini akan memaksa petani buah lokal gulung tikar dan pada akhirnya buah lokal akan tenggelam sementara buah impor berjaya negara kita.
Saya pribadi, lebih memilih buah lokal walaupun harganya lebih mahal asal kualitasnya bagus. Harga tak masalah, asal petani lokal bisa berjaya di negeri sendiri.
Saya pun sangat setuju dengan pendapat orang-orang yang mengaitkan perilaku memilih produk lokal atau impor dengan rasa nasionalisme, termasuk pada saat membeli buah impor.
Dengan kata lain, seorang warga negara bisa dikatakan rendah nasionalisme nya kalo ia lebih suka membeli buah impor, tak ada artinya walau ia mengaku paling pancasila, paling Indonesia.
Upaya untuk melindungi petani buah lokal sebetulnya sudah dilakukan oleh pemerintah. Seperti kampanye “cintailah produk-produk Indonesia”, nyatanya belum sepenuhnya berhasil. Ya, Kembali lagi faktor kesadaran dan harga, menjadi faktor penentu utama.
Baca juga : 8 Komoditas Pertanian yang Mustinya Tak Perlu Impor
Awas politik dumping negara eksportir
Oke sampai disini kita tahu bahwa buah impor lebih laku karena faktor harga yang jauh lebih murah dari buah lokal.
Banyak yang bilang harga buah lokal lebih murah karena rantai pemasarannya yang sangat panjang sehingga lebih mahal. Misal jeruk Pontianak di Jakarta harganya mahal karena biaya transportasi dan tambahan keuntungan.
Tapi kalo dibandingkan dengan buah impor yang asalnya lebih jauh, lintas negara, misal dari China. Belum lagi jika ada tarif impor yang berlaku, mustiya harga buah impor lebih mahal dong dari harga buah lokal di pasar Indonesia.
Namun, faktanya kalo kita lihat harga buah impor di pasar buah harganya jauh lebih murah, seperti contohnya jeruk keprok di awal tadi. Ah ini kenapa ya? Apa gak rugi petani buah impor itu?
Untuk menjawb pertanyaan di atas, maka kita bisa menjawabnya dengan pendekatan politik dumping. Apa itu politik dumping?
Pengertian politik dumping
Politik dumping adalah sebuah strategi pemasaran dalam perdagangan international, yaitu dengan menjual barang di luar negeri dengan harga yang lebih murah dari harga dalam negeri.
Tujuan politik dumping ini antara lain karena , satu, banyaknya stok barang di dalam negeri. Dengan politik dumping, masalah stok yang berlebih bisa diatasi.
Daripada barang tersimpan di gudang penyimpanan dan tak menghasilkan uang, lebih baik dijual ke luar negeri sekalipun dengan harga yang lebih murah.
Kedua, adalah untuk menguasai pasar luar negeri. Point ini yang membahayakan produsen dalam negeri. Terutama jika barang yang sama juga diproduksi oleh produsen di negara tersebut, seperti contoh jeruk di atas.
Akibatnya produsen di negara tujuan ekspor jadi bangkrut. Kemudian tidak mau tanam lagi, dan nanti saat pasar dalam negeri tergantung barang dari luar negeri, pelan-pelan mereka menaikkan harga sesuka mereka.
Inilah yang menimpa Indonesia. Gara-gara politik dumping, beberapa komoditi yang dulunya bisa diproduksi dalam negeri saat ini 90% lebih tergantung impor.
Contoh bawang putih dan kedelai. Bawang putih menjadi korban politik dumping China, sedangkan kedelai korban politik dumping Amerika Serikat.
Saat petani Indonesia banyak tanam bawang putih dan kedelai, entah gimana ceritanya barang dari China dan Amerika bisa masuk dengan bebasnya dengan harga murah.
Pasar bawang putih dan kedelai tanah air saat itu, di saat yang sama dibanjiri barang lokal dan barang impor. Karena barang impor lebih murah, maka barang impor lebih laku.
Nah, kasus yang sama akan terjadi pada komoditas lain seperti buah-buahan. Dengan semakin bebas masuknya buah impor ke Indonesia maka bukan tidak mungkin kedepannya pasar buah di dalam negeri dikuasai buah impor.