Jenis-jenis Biaya dalam Usahatani – Hallo sobat BT, pada artikel sebelumnya telah dibahas tentang 7 kunci keberhasilan usahatani, dimana salah satu kuncinya modal atau pembiayaan. Nah, modal nantinya digunakan untuk membiayai kegiatan usahatani dari pra tanam sampai pasca panen.
Modal atau sumber biaya bisa diperolah dari mandiri, pinjaman pada koperasi, lembaga perbankan syariah. Setelah diperoleh modal yang dibutuhkan petani wajib mengelola modal dengan bijak sesuai kebutuhan.
Sebelum memulai kegiatan usahatani, perencanaan dan pengelolaan biaya, harus dikuasai lebih dahulu, termasuk mengenal jenis-jenis biaya dalam usahatani. Sebagai bonus nanti akan saya bagikan juga analisis usahatani, dilengkapi contoh perhitungan serta penjelasannya.
Jenis-jenis biaya dalam usahatani (beserta contoh dan penjelasan)
Biaya dalam usahatani dikelompokkan menjadi beberapa jenis biaya antara lain :
a. Biaya tetap (fixed cost, FC) adalah biaya yang besarnya tidak ditentukan oleh besarnya volume usahatani, sifatnya konstan untuk periode waktu tertentu.
Contoh: biaya sewa lahan, biaya penyusutan, biaya traktor, biaya pajak, biaya gaji manajer (bulanan). Sewa lahan masuk kategori biaya tetap karena harganya tetap selama 1 tahun misalnya, usahatani berhasil atau tidak, biaya tetap dikeluarkan.
Biaya traktor masuk sebagai biaya tetap karena untuk jumlah produksi tertentu, misal 1000 tanaman dengan 2000 tanaman itu cukup dengan 1 buah traktor. Walaupun ada perubahan produksi 3000 tanaman, 1 traktor pun dirasa masih cukup.
b. Biaya variabel (variable cost, VC) adalah biaya yang besar kecilnya tergantung dari volume usahatani, semakin luas lahan yang dikelola otomatis semakin besar beban biayanya.
Contoh : biaya benih, biaya pestisida, biaya pupuk dan biaya upah tenaga kerja (untuk olah tanah, tanam, pengairan, penyulaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan agrochem, panen dan angkut panen).
Biaya pestisida akan meningkat volumenya pada luasan tertentu seiring meningkatnya volume penyemprotan (misal karena peningkatan serangan hama penyakit).
c. Biaya total (total cost) adalah jumlah total biaya tetap (FC) ditambah total biaya variabel (VC). TC = FC + VC
d. Biaya per tanaman (average cost) adalah biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk produksi 1 tanaman, diperoleh dengan cara biaya total (TC) dibagi dengan jumlah total tanaman (N). AC = TC / N
Analisis usahatani (beserta contoh dan penjelasan)
Baca juga :
- Kabar Baik bagi Petani, Suku Bunga KUR Tahun 2018 Jadi 7%
- Pembiayaan Syariah, Alternatif Solusi Untuk Petani
Jika kita ingin menghitung analisis usahatani cabai maka diperlukan asumsi-asumsi seperti asumsi biaya sewa lahan, asumsi harga jual, dan asusmsi produktivitas per tanaman.
a. Penerimaan (revenue) adalah harga jual (P) dikalikan dengan produktivitas panen (Q), TR = P x Q
Misal, petani menanam 1000 tanaman cabai. Asumsi harga jual cabai merah besar pada saat itu 1 kg = 10.000/kg, asumsi produktivitas per tanaman bisa 1 kg.
maka TR = P x Q
TR = 10.000 x (1000 tanaman x 1 kg/tanaman)
TR = 10.000 x (1000kg)
TR = 10.000.000
b. Pendapatan (Income, I) adalah selisih antara total penerimaan (TR) dikurangi dengan total biaya (TC).
Misal biaya per-tanaman cabai = 4500/tanaman, maka total biaya produksi 1000 tanaman = 4.500.000
Maka pendapatan = TR – TC
I = 10.000.000 – 4.500.000
I = 6.500.000
c. Break Event Point (BEP) adalah titik dimana nilai total penerimaan sama dengan nilai total biaya, dengan kata lain petani tidak mengalami untung atau rugi.
BEP produksi = total biaya produksi/harga jual (kg)
=4.500.000/10.000
=450 kg (hal ini berarti biaya produksi (TC) bisa tertutupi jika terjual cabai 450 kg dengan harga 10.000/kg).
BEP harga = total biaya produksi/total produksi (kg)
=4.500.000/1000 kg
=4.500/kg (hal ini berarti saat harga cabai merah besar 4.500/kg, usahatani cabai tersebut tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian alias impas).
d. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) adalah perbandingan antara total penerimaan (TR) dengan total biaya, R/C Ratio = TR / TC.
R/C Ratio = 10.000.000 / 4.500.000
R/C Ratio = 2,2 (hal ini berarti bahwa usahatani cabai merah besar tersebut layak diusahakan karena potensi penerimaannya 2,2 kali biaya produksi yang dikeluarkan).