Jakarta Banjir Lagi, Akibat Fenomena La Nina atau Lumpuhnya Drainase?

Fenomena La Nina – Hujan deras yang mengguyur Jakarta dan sekitarnya, Sabtu 27 Agustus 2016 menyebabkan banjir di sejumlah titik. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, banjir terkonsentrasi di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

Masyarakat Jakarta tidak menyangka, karena biasanya banjir di wilayahnya lebih disebabkan karena kiriman Bogor. Kasus ini berbeda, sejumlah titik di Jakarta tergenang, ada yang mencapai 90-100 centimeter (cm).

Data yang dihimpun Okezone dari BPBD DKI Jakarta terdapat 39 RW di 15 kelurahan, delapan kecamatan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur terendam banjir. Sebanyak 10.538 KK atau 31.622 jiwa terdampak langsung oleh banjir.

Adapun titik banjir di Jakarta Selatan meliputi Kecamatan Kebayoran Baru, Cilandak, Cipete Selatan, Pasar Minggu, Mampang Prapatan, dan Pesanggrahan. Sedangkan di Jakarta Timur banjir di Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, dan Kramat Jati. Banyak rumah dan mobil-mobil mewah harus direlakan terjebak oleh banjir.

Rekomendasi :  8 Komoditas Pertanian yang Mustinya Jangan Impor

Pemandangan tersebut memang bukan hal baru dan yang pertama bagi warga Jakarta. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah ini lebih disebabkan oleh fenomena alam La Nina atau ada kesalahan dalam sistem tata letak perkotaan, terutama drainase saluran air ?

kawasan elit kemang jaksel
Banjir di kawasan Elit Kemang, Jaksel, terlihat mobil terendam hingga kaca. Sumber : bbc.com

Juni 2016, Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) pernah mengimbau masyarakat agar selalu waspada mengahadapi banjir yang sewaktu-waktu akan datang.

Hal itu, menurut BNPB bisa disebabkan karena fenomena La Nina diperkirakan akan memberikan pengaruh meningkatnya hujan.

banjir jakarta 8-16
Kawasan Elit kemang, Jaksel yang terendam banjir pada tgl 27 Agustus 2016. Sumber gambar : okezone.com

Dan diperkirakan hingga September, pada saat musim hujan diperkirakan curah hujan meningkat lebih besar sehingga potensi banjir di Jakarta akan meningkat.

Terlebih, sejumlah lembaga prakiraan cuaca di beberapa negara memprediksi fenomena La Nina akan datang lebih cepat pada tahun ini. Bahkan, Biro Meteorologi Australia menyatakan perubahan terkini terlihat di wilayah tropis Samudera Pasifik.

Jika dikombinasikan dengan prediksi model yang iklim pandangan saat ini, menunjukkan kemungkinan La Nina pada tahun 2016 telah meningkat menjadi sekitar 50 persen.

Melihat potensi tersebut, sudah seharusnya pemerintah daerah memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan dan menjadikan ini sebagai ancaman serius. Sebab apa yang terjadi Sabtu kemarin, pernah juga terjadi pada Februari 2015, dan Maret 2016. Ini bukan yang pertama.

Rekomendasi :  Revitalisasi Pertanian Indonesia, Seberapa Urgensi-kah..?!

Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengatakan, hujan dari Jakarta saja sudah terendam dan ini menunjukkan lumpuhnya sistem drainase di Jakarta.

“Ini sungai masih aman. Kalau sampai sungai meluap ditambah hujan di tempat lain (kota penyangga), maka genangan akan terasa lebih lama,” kata Yayat saat berbincang dengan Okezone (Agustus, 2016).

Menurut Yayat, melihat fakta tersebut menekankan kepada pemerintah untuk tidak mengklaim berhasil mengantisipasi banjir di Jakarta.

Apalagi dengan sistem drainase yang buruk dinilai salah satu biang dari bencana musiman yang meresahkan warga ini. ^^

 

Share, jika konten ini bermanfaat !

Artikel Terkait

About the Author: Insan Cita

Insan Cita, founder & owner BelajarTani.com - Alumnus FP - Bekerja di agriculture corp - Hobi ngeblog & berkebun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *