Kemajuan Pertanian Jepang – Ada hal yang sama antara Jepang dan Indonesia jika dilihat dari tahun kelahirannya kembali yaitu pada tahun 1945. Jika indonesia pada saat itu lahir menjadi negara kesatuan, Jepang seolah baru lahir kembali pasca tragedi bom atom Nagasaki dan Hiroshima.
Setelah 74 tahun berjalan, kini keduanya berada di posisi yang berbeda, bisa dikatakan posisinya jauh sekali. Jika Indonesia sampai saat ini masih menyandang predikat sebagai negara berkembang, tidak demikian dengan Jepang yang dikenal sebagai negara industri maju.
Salah satunya di sektor pertanian. Pertanian di Jepang, baik itu sistem dan teknologinya sudah sangat canggih dan modern. Di Indonesia saya pikir sebaliknya, masih perlu perhatian khusus nampaknya.
Jadi, kita sebagai negara dengan potensi kekayaan alam dan sumber daya pertanian yang banyak, mungkin perlu berkaca dan belajar tani lagi ke Jepang.
Baca juga : Teknologi Pertanian Modern, Jawaban untuk Krisis Pangan Dunia
Walaupun sebenarnya dari beberapa sisi, pertanian Indonesia juga gak jelek-jelek amat dibandingkan Jepang. Nah nanti kita bahas satu persatu-satu.
Saat ini yang jadi ukuran adalah bagaimana kesejahteraan petani. Petani sejahtera adalah gambaran atau potret kemajuan pertanian di sebuah negara.
Kesejahteraan petani adalah kunci utama keberlanjutan pertanian di suatu negara. Jika pertanian di suatu negara sudah sedemikian kuatnya, maka buahnya adalah ketahanan pangan.
Jika sudah tercipta ketahanan pangan maka sebuah negera tak perlu lagi mengimpor dari negara lain. Devisa negara yang jumlahnya trilyunan rupiah tiap tahun tak perlu lagi keluar.
Harapannya uang tersebut bisa berputar dan kembali lagi ke ekosistem pertanian dalam negeri, sehingga pertanian Indonesia jauh lebih maju daripada sekarang.
Nah, dikutip dari laman Republika, terungkap bagaimana potret kemajuan pertanian Jepang. Menteri pertanian Amran Sulaiman, dari hasil kunjungannya ke Jepang Mei 2019 lalu, mengaku telah menemukan fakta (fact finding) soal pertanian di Jepang khususnya padi.
FAKTA-FAKTA PERTANIAN DI JEPANG
#1. Fakta petani padi di Jepang memiliki tingkat kesejahteraan yang memadai, jauh jika dibandingkan dengan petani padi di Indonesia.
Fakta bahwa pendapatan petani padi Jepang adalah Rp.130.000.000 per musim tanam (dalam 1 tahun penanaman padi cuman sekali, sisanya menanam hortikultura).
Dengan rincian sebagai berikut, produktivitas gabah kering giling adalah 4,3 ton/hektar, dan harga per kg adalah Rp.30.000 per kg GKG.
Walaupun produktivitas padi di Indonesia jauh lebih tinggi yaitu 5,2 ton/hektar, tapi harga GKG di Indonesia hanya di kisaraan Rp.5000/kg GKG, jauh sekali kan sama harga GKG di Jepang.
#2. Fakta bahwa dari tanam sampai panen, petani padi Jepang menggunakan full mekanisasi (teknologi mesin pertanian).
Berbeda di Indonesia yang masih menggunakan tenaga manusia.
Penggunaan tenaga mesin tentu membuat pengerjaan lahan menjadi jauh lebih efisien dari segi waktu (lebih cepat) dan biaya (lebih hemat).
Fakta juga bahwa di Jepang generasi petani tua juga sudah banyak berkurang (sama seperti di Indonesia juga), sehingga penggunaan teknologi mesin pertanian menjadi sebuah keharusan.
#3. Dukungan penuh dari pemerintah berupa sistem tata niaga pertanian yang berpihak pada petani.
Fakta bahwa petani di Jepang mendapatkan fasilitas yang memadai, seperti tersedianya sarana input produksi dan terjaminnya pasar hasil panen mereka.
Hasil panen petani di Jepang dibeli oleh sebuah koperasi pertanian, Japan Agriculture (JA).
Selain membeli hasil panen petani, JA juga memberikan bantuan pembiayaan pembelian sarana input produksi tanpa bunga.
Berbeda di Indonesia, pembiayaan petani disalurkan melalui perbankan melalui program KUR dengan bunga masih kisaran 7%.
Untuk harga masih fluktuatif tergantung mekanisme pasar, jadi naik turun tidak pasti.
Apalagi jika ada barang impor masuk sudah dipastikan harga akan anjlok.