Tanam Cabai Tanpa Pestisida Kimia – Bagi kebanyakan petani yang sudah terbiasa menggunakan pestisida kimia, mungkin terkenjut saat membaca judul artikel ini.
Alasannya sangat logis, hingga saat ini pestisida kimia seolah menjadi salah satu syarat utama yang tak tak boleh dilewatkan.
Jika obatnya kurang joss, maka siap-siap saja gagal panen. Jika obat satu gak manjur, maka segera ganti obat yang lain. Kalo perlu borong semua jenis merk dan bahan aktifnya.
Sekalipun tiap tahun biaya untuk pengadaan pestisida kimia mengalami kenaikan, petani tetap saja membeli. Begitu lah mind set yang sudah terbentuk pada sebagian besar petani Indonesia.
Tapi tahukah anda sobat, sebenarnya anda pun bisa loh menanam tanpa menggunakan pestisida kimia sedikit pun ? Saat membaca ini, mungkin dalam hati anda juga akan balik bertanya
“Ah yang bener ini? Benarkah kita bisa tanam cabai tanpa pestisida kimia, sementara banyak tetangga kita yang main pestisida jor-joran aja kadang gagal panen ?”
Oke itu pertanyaan yang masuk akal dan sangat wajar sekali. Banyak petani yang pesimis atau tak pede jika tidak menggunakan pestisida kimia.
Fakta petani sangat tergantung pestisida kimia
Ini fakta. Khususnya lagi petani di daerah sentra sayur, di mana siklus hama tanaman di situ tak pernah terputus.
Pertanian tanpa pestisida kimia atau pupuk kimia, itu berarti pertanian organik. Sementara tidak menggunakan salah satunya, berarti semi organik.
Tentu saja akan sangat banyak sekali manfaat jika petani bisa menerapkan pertanian tanpa pestisida kimia, paling tidak mengurangi penggunaanya.
Baca juga : 12 Cara Mengurangi Penggunaan Pestisida Kimia
Atau kalaupun terpaksa menggunakannya harus secara bijaksana, menerapkan sesuai dosis, sesuai ambang batas dan melakukan pergiliran bahan aktif supaya tidak terjadi resistensi hama.
Manfaat yang akan langsung petani rasakan adalah penghematan biaya. Petani tak perlu ikut pusing memikirkan kenaikan harga agrochem. Biar petugas lapang dan agronomis saja yang mikir hehe pis bos.
Cara Tanam Cabai Tanpa Pestisida Kimia
Menggunakan Tanaman Refugia
Tanaman refugia adalah tanaman yang ditanam di sekeliling tanaman utama (ada yang menyebut tanaman penghadang/barrier) yang berfungsi untuk melindungi tanaman utama/budidaya dari serangan hama dari luar area lahan.
Tanaman yang biasa digunakan antara lain kenikir, marigold, bunga matahari atau tanaman jagung atau tanaman lain yang mempunyai warna menarik.
Tanaman tersebut terbukti menarik datang predator hama kutu-kutuan seperti tomcat, kumbang koksi, laba-laba, dan semut hitam untuk datang, dan mencari makanan.
Di saat yang sama, hama yang mencium keberadaan tanaman inang mereka (misal cabai) akan tertarik datang kesana.
Namun sebelum masuk sasaran target mereka, hama-hama seperti trips, kutu daun (aphids) dan kutu kebul, mau tidak mau harus melewati hadangan tanaman pelindung.
Begitu singgah di daun, tanpa disadari sudah ada berbagai jenis predator (musuh alami/natural enemies) yang siap menyergap dan menyantang mereka.
Hama-hama tersebut pasti tak akan bisa berkutik kala berhadapan dengan para predator mereka yang ganas-ganas.
Supaya peran tanaman yang difungsikan sebagai pelindung itu berfungsi dengan baik, sebaiknya ditanam terlebih dahulu sebelum menanam cabai atau tanaman utama lain. Waktunya bisa 2 minggu hingga 1 bulan sebelumnya.
Konsep di atas, penggunaan teknologi refugia, musuh alami kalau di luar negeri lebih dikenal dengan manipulasi habitat (habitat manipulation).
Penggunaan Perangkap Hama (Yellow Trap)
Yellow trap atau perangkap hama bewarna kuning, dipasang di setiap sudut lahan untuk mengantisipasi hama cabai yang lolos dari hadangan tanaman pelindung.
Baca juga : Inilah Yellow Trap Di Luar Negeri Gak Tanggung-Tanggung Kalo Pasang !
Jika serangga hama yang suka warna kuning mau tak mau akan terjebak pada perangkap kuning yang tentu saja sudah dioleskan lem khusus.
Penggunaan Pestisida Nabati dan Pestisida Hayati, sebagai pengganti pestisida kimia
Pestisida nabati dan hayati adalah produk yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan konsumen atau pun bagi petani yang melakukan penyemprotan.
Untuk membuatnya cukup mudah, tinggal mengekstrak bahan-bahan yang sudah terbukti mampu mengendalikan hama seperti daun mimba, pepaya, umbi gadung, bawang putih dan lain-lain.
Sementara untuk mencegah penyakit tanaman cabai akibat jamur seperti layu, phytoptora, antraknosa bisa menggunakan biopestisida atau pestisida hayati yang terbuat dari mikroba seperti trichoderma, beauveria gliocladium, pseudomonas, dan lain-lain.
Penutup Artikel, Cara Tanam Cabai Tanpa Pestisida
Menanam cabai tanpa pestisida kimia dengan kombinasi teknologi seperti di atas bukanlah hal mustahil. Terlebih menanam dalam greenhouse, sudah banyak yang berhasil baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri.
Efektif tidaknya cara di atas akan teruji apabila anda menanam cabai anda pada lahan yang sudah endemik virus dan hama utama cabai seperti trips, kutu kebul atau kutu daun.
Mungkin bagi sebagian petani yang sudah terbiasa menggunakan pestisida kimia, cara di atas mungkin terlihat ribet, karena harus menyiapkan segala sesuatunya terlebih dulu.
Namun, jika cara tanam cabai di atas dilakukan semua orang, maka bukan tidak mungkin keseimbangan ekosistem alam dan lingkungan akan tetap terjaga.