Cara Aplikasi Gliocladium Untuk Produksi Kentang – Untuk menghasilkan panen tinggi sudah menjadi kewajiban harus menggunakan pupuk kimia, bisa atau tidak pokoknya pupuk kimia musti tersedia.
Namun akan berdampak terus-menerus pada kondisi lahan akan mengalami kerusakan, akan mengalami penurunan kesuburan, tanah yang over dosis pupuk kimia akan cenderung kering dan gersang.
Kondisi tersebut tentu kurang menguntungkan bagi petani. Lebih-lebih karena petani akan jauh lebih tergantung lebih dalam pada pupuk kimia.
Posisi petani akan makin tidak berdaya manakala pupuk kimia mengalami kelangkaan. Padahal musim tanam baru sudah di depan mata.
Maka solusinya petani sudah mulai harus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Caranya adalah dengan mengkombinasikan dengan pupuk organik dan pupuk hayati.
Baca juga : Sama-sama Non Kimia, Inilah Perbedaan Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Yang Jarang Diketahui Petani
Pupuk organik pasti banyak petani yang sudah tak asing lagi. Aplikasi pupuk organik bertujuan agar kandungan bahan organik dalam tanah meningkat.
Sementara pupuk hayati adalah mikroba yang mampu meningkatkan ketersediaan usnur hara dalam tanah, caranya dengan mengurai bahan organik yang ada dalam tanah menjadi unsur hara yang siap diserap oleh tanaman.
Jadi mikroba pupuk hayati itu ada banyak jenisnya, antara lain mikroba spesifik penambat N, pelarut P, pelarut K, atau penghasil ZPT.
Namun ada juga yang bisa semuanya, seperti Azospirilium dan Azotobacter yang berperan sebagai penambat N, pelarut P, pelarut K, atau penghasil ZPT sekaligus.
Baca juga : Inilah Beberapa Mikroorganisme yang Berperan sebagai Agen Hayati Pelarut Fosfat
Dari ulasan sekilas di atas, bisa kita tarik kesimpulan bahwa pada korelasi atau benang merah antara pupuk organik dan pupuk hayati.
Dimana pupuk organik tidak hanya menjadi makanan bagi mikroba namun juga menjadi tempat hidup dan berkembang dari mikroba.
Kerennya lagi, makhluk hidup supermini bernama mikroba tersebut tak hanya berfungsi sebagai penyedia unsur hara, namun ia juga berfungsi sebagai agen hayati (bio-pestisida).
Oke sekarang kita masuk ke pembahasan utama kita tentang salah satu jenis pupuk hayati, sekaligus agen hayati (bio-pestisida) yakni Gliocladium sp.
Selain itu di artikel ini juga kita akan bahas cara aplikasi Gliocladium sp yang ternyata terbukti meningkatkan produksi kentang.
Cara aplikasi Gliocladium sp Untuk Tingkatkan Produksi Kentang
Setiap petani khususnya petani kentang tentu menginginkan hasil usahataninya sukses, mampu meraih produktivitas tanaman di atas standar produksi pada umumnya.
Untuk mencapai itu, salah satu caranya dengan penggunaan pupuk/agen hayati Gliocladium sp.
Umumnya produktivitas tanaman kentang itu 1-2 kg umbi per tanaman. Namun menggunakan pupuk hayati Gliocladium sp bisa meningkatkan produktivitas umbi kentang hingga 2 kali lipatnya.
Berikut ini manfaat Gliocladium sp dalam meningkatkan produksi
- Memaksimalkan penggunaan pupuk kimia yang ada, meningkatkan ketersediaan unsur hara di tanah sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia bisa dikurangi hingga 50%.
- Memperkuat tanaman kentang dengan cara menginduksi akar atau pangkal batang tanaman kentang sehingga tidak mudah terserang penyakit tanaman.
- Aplikasi Gliocladium sp dapat mencegah patogen tular tanah (sebagai biofungisida), seperti penyakit busuk akar, layu jamur atau bakteri, yang bisa menurunkan potensi produksi kentang.
- Selain itu diketahui juga Gliocladium sp, dapat memproduksi hormon auksin dan giberelin, yang berfungsi memacu pertumbuhan tanaman kentang.
Cara aplikasi Gliocladium sp antara lain :
Biopestisida atau biofungisida berbahan aktif Gliocladium ini di pasaran ada yang bentuknya serbuk misalnya Anfush. Untuk cara aplikasinya antara lain dengan cara :
#1. Ditaburkan atau disebar, Gliocladium bisa ditaburkan di sawah atau bedengan namun kondisi tanah harus dalam kondisi lembab basah (tidak kering atau gersang). Aplikasi misal pada padi atau tanaman horti tomat, cabai, kentang, bawang merah, sawi-sawian, baik itu pratanam maupun pasca tanam. Dosis misal Anfush 5-10 kg per hektar.
#2. Dikocorkan ditanah, disiram pada tanah/bedengan/lubang tanam. Sebelumnya dilarutkan dulu dengan air dengan dosis 1 kg per 20 – 30 liter air. Aplikasi 1-4 hari sebelum tanam maksimal 7 hari setelah tanam dan bisa dilanjut sebagai aplikasi susulan. Aplikasi bisa tomat, cabai, kentang, bawang merah, sawi-sawian dan lain-lain.
#3. Ditugalkan, yaitu membuat lubang tugal 10-15 cm dari lubang tanam. Aplikasi bisa tomat, cabai, kentang, bawang merah, sawi-sawian dan lain-lain.
#4. Dibenamkan pada sekitar daerah perakaran, misal pada tanaman jeruk, pisang, mangga, apel, kakao dan karet.
#5. Disemprotkan pada daun atau tunas tanaman, untuk mencegah sekaligus mengatasi penyakit tanaman misalnya Phytoptora pada daun, batang maupun pada buah (misal pada cabai).
Hal-hal yang diperhatikan saat aplikasi Glio Sp atau bakteri lain
#1. Aplikasi pupuk hayati bisa dilakukan kira-kira berkisar 3-5 jam setelah aplikasi pestisida kimia, untuk menghindari kontak langsung antara keduanya.
#2. Aplikasi pupuk hayati sebaiknya tidak dilakukan bersamaan dengan aplikasi pestisida berbahan aktif bakteri (pestisida biologi/bioinsektisida).
#3. Pupuk hayati tidak boleh digunakan secara bersamaan dengan pupuk kimia (dengan kata lain dioplos) karena mikroba akan mati.
Baca juga : 8 Hama dan Penyakit Utama pada Tanaman Kentang yang Perlu Diwaspadai
Demikian artikel tentang cara aplikasi Gliocladium sp sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi kentang anda. Semoga bermanfaat sobat BT semua.
Jika dirasa bermanfaat jangan lupa share ke saudara, sahabat dan teman anda yang lain ya. Terimakasih!